Senin, 27 Juli 2009

Ketidakberdayaan

Sudah sering kita ketahui seseorang melakukan tindakan yang luar biasa yang mana dalam keadaan normal tidak mungkin dilakukannya. Misalnya meloncati pagar setinggi 2 m tanpa melatih diri sebelumnya pada saat kondisi terjepit untuk menyelamatkan diri. Seorang ibu menyelamatan anaknya yang dari kebakaran dengan menerobos kobaran api dan ternyata berhasil menyelamatan anaknya yang mana dalam keadaan normal tidak mungkin bisa dilakukannya.

Ketidakberdayaan merupakan kondisi dimana setiap orang merasakan sebagai kondisi yang tidak menyenangkan dan hampir dipastikan hampir setiap orang pernah merasakan dalam bagian siklus hidupnya.

Sebenarnya dalam ketidak berdayaan ini tersimpan suatu potensi yang luar biasa dimana mungkin kita tidak pernah tahu bahwa adanya potensi luar biasa dalam kita yang sebenarnya.

Dalam ketidakberdayaan akan timbul kepasrahan sekaligus keberanian untuk mencoba hal hal baru yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan atau tidak berani untuk mencobanya ataupun sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan.
Dalam keadaan normal atau dalam kondisi keberhasilan mungkin kita tidak akan melakukan sesuatu yang baru untuk mencobanya dikarenakan keberhasilan yang ada akan menghambat kita untuk melakukannya dengan assumsi jika gagal akan mengurangi keberhasilan yang ada.
Tentunya dalam ketidakberdayaan kita akan lebih tidak takut untuk melakukannya karena jika gagal tidak akan membawa dampak yang berarti dengan kondisi saat ini.
Dalam ketidak berdayaan tentunya kita lebih bisa menerima dan melihat peluang yang ada walaupun peluang itu tidak besar dan tidak akan di manfaatkan bila kita dalam kondisi normal, hal ini tentunya bila dalam ketidak berdayaan kita bisa menerima kondisi yang ada sehingga timbul kepasrahan dan keberanian yang benar dan dengan iman yang benar sehingga yang ditakuti gagal malah berhasil. Umumnya orang takut gagal yang diciptakan atau yang ada dalam alam pikirannya hanya terfokus pada keberhasilannya saja, yang mana dalam menempuh perjalanan akan diketemukan kerikil kerikil sandungan. Orang yang pernah dalam kondisi ketidak berdayaan biasanya lebih ulet dikarenakan adanya kepasrahaan dan keberanian untuk melakukannya.
Ketidak berdayaan ditambah dengan adanya tanggung jawab yang harus dipikulnya merupakan suatu potensi untuk melakukan perubahaan yang besar.
Tentunya perubahaan besar akan terjadi pada suatu titik balik bisa mengarah ke suksesan ataupun melakukan tindakan besar yang destruktif.
Apapun pilihannya ketidakberdayaan merupakan potensi besar untuk melakukakan tindakan diluar kemampuan orang dalam keadaan normal.
Jika ketidakberdayaan ini menimbulkan kepasrahan dan keberanian dan menerima kondidi yang ada dan dapat memulai mencoba dan adanya lingkungan yang mendukung kearah kebaikkan tentunya merupakan energi positif yang sangat potensial yang mungkin tidak pernah dirasakannya dalam keadaan normal.
Yang jadi masalah apabila ketidak berdayaan ini dipaksakan untuk menjadi orang yang mempunyai arti dalam waktu yang relatif cepat dan kondisi yang ada semakin memojokkannya sehingga tidak bisa menerima kondisi yang ada, sehingga ketidakberdayaannya semakin menimbulkan amarah bukannya kepasrahan yang sebenarnya ditambah dengan cuci otak untuk melakukan sesuatu yang berarti dari pada saat ini pun ketidakberdayaannya tidak mempunyai arti, timbulnya yah bom bunuh diri alias teroris.
Yang pasti Tuhan memberikan ketidakberdayaan untuk potensi kebaikkan tinggal manusianya memilih dan tentunya berperan serta agar jangan menimbulkan keyidak berdayaan yang menimbulkan energi negatif.
Peran proaktif dari manusia baik besar maupun kecil paling mudah tentunya pada lingkungan sekitarnya untuk memperdayakan orang orang yang dalam kondisi ketidakberdayaan kearah yang lebih baik sehingga mudah mudahan bisa meniadakan hal hal yang tidak baik terutama bentuk bentuk teroris yang lain.
Semua pilihan ada pada kita dan memulai dari hal hal kecil terlebih dahulu pada komunitas dimana kita berada, sebaiknya memulai sedini mungkin sehingga bila kita bersinergi untuk memulainya semakin banyak hal hal yang dapat dicegah dan tentunya semakin banyak pula keberhasilan keberhasilan yang dapat terjadi.
Jangan pernah menyerah pada ketidak berdayaan, karena ketidak berdayaan merupakan potensi kearah kemajuan paling tidak akan merubah kita lebih arif dan melihat persoalaan lebih jelas dan apabila kita memasrahkan diri kita akan semakin mendekatkan kita kepada sang pencipta.

Dengan ketidakberdayaan dan merasa tidak mempunyai arti apa apa umumnya semakin kuat keimanan kita dan keterikatan kita kepada Sang Khalik serta meminta bimbingannya agar setiap langkah kita di ridhoiNya. Amin

Minggu, 12 Juli 2009

Memahami

Untuk dapat selaras dengan suatu "komunitas" tentunya kita harus memahami dulu "aturan main" yang komunitas akan kita masuki baik yang tertulis maupun tidak tertulis, baik yang nyata mudah dipahami maupun yang tidak mudah dipahami bila kurang memperhatikannya.

Sesudah mulai memahami secukupnya tentunya menyesuaikan dengan pemahaman kita, tentunya sudah cukup memahami diri kita sendiri sebelumnya. Barulah kita mencoba terlibat langsung atau masuk dalam komunitas tersebut.

Dengan memahami aturan main yang ada kita akan lebih mudah mencapai apa yang akan raih dalam kita memasuki komunitas tersebut.Dan yang pasti bila kita mengikuti aturan main yang ada akan mengurangi atau malah sama sekali tidak akan ada salah paham yang akan terjadi. Hal ini sebenarnya sederhana seperti layaknya kita mengikuti suatu permainan sudah tentu ada aturan main yang berlaku dan harus dipelajari untuk dipahami dan diterapkan.Demikian juga hukum alam yang berlaku dan juga semua disiplin ilmu mempunyai kaidah kaidah yang harus dipahami dan diterapkan sesuai dengan realitas hukum yang berlaku.

Untuk memahami tentunya perlu selangkah demi selangkah kita pahami dan belajar sambil mempraktekkannya dan memperhatikannya serta perlu masalah masalah agar lebih memahami atau kita membuat model masalah dengan bekal pemahaman yang kita kuasai atau pemahaman lain yang analog kita kuasai sebelumnya.

Dengan disiplin menerapkan hukum hukum yang ada dan mengukur kekuatan dan resiko yang kita hadapi dengan keberhasilan yang hendak kita capai, kita melakukan keputusan dan tindakan.

Umumnya dengan melakukan resiko yang dapat dikalkulasi dan mengukur kekuatan kita jarang kita sampai jatuh terlalu dalam dan sukar untuk bangkit kembali.

Hanya sayangnya kita umumnya melakukan kesalahan dengan membayangkan keuntungan dan keberhasilan yang akan kita raih mengabaikan disiplin diri dan disiplin pemahaman hukum hukum yang ada yang sudah kita pahami.

Falsafah resiko yang tinggi,keuntungan yang tinggi ( high risk high return) memang benar adanya hanya seberapa tingkat resiko tergantung dari pada individu masing-masing. Hanya tentunya resiko yang diambil jangan sampai membuat kita terperosok terlalu dalam bila gagal.Paling tidak resiko gagal walaupun kecil tetap masih bisa terjadi baik karena salah kalkulasi ataupun kurang informasi, ataupun lingkungan berubah tidak mendukung, tentunya faktor keberuntungan perlu dipertimbangkan.

Memahami dan menyesuaikan dengan kekuatan diri yang ada serta disiplin dalam tindakan tidak tergesa gesa dalam mencapai target dengan menghitung resiko yang dapat dikalkulasi dan menunggu waktu yang tepat untuk bertindak untuk mengambil resiko yang lebih besar.

Semua ini memerlukan kesabaran, bertindak seperti tawon mengumpulkan madu dalam keseharian dan bertindak seperti harimau pada saat yang tepat.

Tentunya saja semua tergantung pada pribadi masing-masing dan tingkat kepuasan yang ada dan target waktu yang hendak dicapai.

Yang ditekankan disini memahami lingkungan yang ada dan memahami diri sendiri dan bagaimana dapat memberikan nilai tambah bagi kita dan lingkungan dan tidak membebani lingkungan yang ada tanpa memberi nilai tambah sebagai gantinya.
Umumnya orang minta dipahami terlebih dahulu, dengan mengikuti aturan main yang ada dan dapat memberi nilai tambah tentunya dengan sendirinya dapat dipahami tanpa harus meminta dipahami.
Apabila aturan main yang ada dirasa kurang sejalan atau tidak kondusif untuk lebih maju, disini kita berperan sebagai agen perubahan(change of agent) minta dipahami dan merubah aturan main yang ada agar lebih baik bagi semua yang yang ada, tentunya memerlukan sumberdaya yang cukup mendukung untuk dapat melakukannya terutama bila perubahan yang diharapkan cukup drastis.
Banyak teori menejemen dari luar ditawarkan kepada kita dan diikuti mentah mentah tanpa memahami karakter budaya kita atau lebih spesifik lingkup lebih kecil budaya komunitas yang ada. Atau penerapan sepotong sepotong tanpa coba memahami keseluruhan sehingga hasilnya tidak optimal.Diperlukan pemahaman yang lebih luas dan target yang jelas dan tentunya tindakan yang sesuai dan disiplin yang sesuai.
Selamat mencoba apapun pilihan anda,Good Luck:-)

Jumat, 19 Juni 2009

Selaras



Selaras,dapat diartikan kesesuaian yang dapat memberikan suatu keindahan, harmoni, dan dapat memberikan inspirasi atau keteladanan.
Keselarasan ini dapat merupakan sesuatu berdasarkan ukuran standar yang sudah ada/berlaku di masyarakat ataupun sesuatu yang baru tetapi memberikan nilai-nilai baru yang dirasakan masyarakat secara umum sebagai keselarasan, bisa juga tentunya hanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat yang memang menguasai bidangnya.

Seperti selaras antara kata dan perbuatan, ini merupakan standar umum dan hampir semua masyarakat dapat menilai dan menyetujuinya. Selaras antara kata dan perbuatan merupakan hal yang tidak mudah karena sifat kodrati manusia sendiri yang sering lalai dan tidak sempurna.

Dalam hal selaras kata dan perbuatan, paling tidak berusaha dilakukan dan dapat dinilai oleh komunitas dimana kita berada, kita masih dinilai pantas untuk dikatakan konsisten dan bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan dan tentunya akan lebih baik lagi bertanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan.

Untuk bersosialisasi dalam masyarakat atau komunitas kita berada, hendaknya tingkah laku kita memberikan keselarasan, yang tentunya menciptakan keharmonian dan akan lebih baik lagi memberikan motivasi dengan keteladanan, syukur - syukur memberikan inspirasi yang baik pada komunitasnya sehingga memberi bekas mendalam yang selalu memberikan motivasi.

Kalau ini bisa dilakukan dapat dikatakan anda telah mampu memimpin diri sendiri sehingga layak untuk memimpin komunitas dalam komunitas anda berada apabila diperlukan. Tentunya masih banyak faktor pendukung yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin tetapi paling tidak ada keselarasan dan akan lebih baik dapat m inspirasi dan keteladanan bagi yang dipimpin.

Faktor yang disebut diataslah salah satunya yang membedakan antara politikus dan negarawan.Dimana kampanye untuk meraih kekuasaan sebenarnya tidak terlalu effektif apa bila kita dapat mengikuti sepak terjang sebelumnya dari pada para calon. Yang perlu diingat "politikus" ataupun "negarawan" selalu ada dalam kehidupan nyata sehari hari dalam setiap strata sosial bahkan dalam kehidupan bahkan dalam kehidupan berumah tangga.

Keselarasan masa lampau yang baik merupakan nilai jual, daripada selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik, apalagi bila janjinya tidak pernah ditepati dan yang paling parah malah mengatakan tidak mengatakan janjinya dan mengatakan tidak tahu apabila akibat perbuatannya menimbulkan masalah.Tentunya bila menghasilkan yang baik akan diklaim haknya, jika "selaras" dalam melakukan karakter ini tentunya hasil akhirnya akan dapat dibayangkan. Chaos :-)))).

Sabtu, 13 Juni 2009

Kredibilitas


Untuk dunia perbankan atau lembaga pembiayaan sudah tidak asing lagi dengan istilah 5 C; Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition untuk menilai calon debitur. Pada prinsip dasarnya kreditur mengharapkan apa yang dipinjamkan kepada debitur dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dengan lain calon debitur mempunyai kredibilitas yang memenuhi syarat sehingga layak disetujui proposal pinjaman yang diajukan.

Kata kredibilitas sendiri berasal dari kata latin " Credo" yang berarti saya percaya pada anda.


Istilah 5 C ini dapat diterapkan juga dalam kehidupan sehari hari dari yang sangat sederhana sampai dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.


Untuk yang paling sederhana bila seseorang meminta orang lain untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan dan berharap pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai yang diharapkan sehingga tujuan meminta bantuan tersebut mencapai sasaran. Sudah pasti orang tersebut dibawah sadarnya akan memilih orang yang mempunyai kredibilitas untuk melakukannya.

Demikian juga bila kita hendak mendelegasikan wewenang, bekerja sama/bermitra kita melakukan analisa 5C dan faktor lainnya sudah tentu untuk menilai kredibilitas, walaupun mungkin tidak secara sistimatis dikarenakan sebenarnya analog dengan kita "meminjamkan" sesuatu atau sumber daya, kepercayaan, mempertaruhkan jabatan, nama baik sehingga kita tidak mau bermitra dengan orang yang tidak punya kredibilitas mengembalikan "pinjaman" yang kita telah berikan.


5 C yang pertama Character (Karakter),orang yang mempunyai karakter yang buruk/ tidak mempunyai integritas adalah yang paling utama untuk dihindari. Karena karakter yang buruk ini menutupi 4 C yang mungkin baik penilaiannya, seperti misalnya karakter tidak bertanggung jawab dan sulit diminta pertanggung jawabannya.


Capacity (Kapasitas), kemampuan untuk menjalankan kepercayaan atau tugas yang harus diemban sehingga kita yakin "meminjamkan" sumberdaya yang ada pada kita. Misalnya bisa dilihat dari catatan sepak terjangnya (track record) dalam menjalankan tanggung jawab sejenis.


Capital(Modal), Modal disini selain modal uang atau asset bisa diartikan lebih luas seperti pengalaman atau jejaring, tim serta pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan.


Collateral (Kolateral/jaminan), biasanya sesuatu yang bisa disita sebagai sita jaminan apabila diperlukan biasanya dilakukan paling akhir. Dalam kasus memberikan delegasi/memberikan kepercayaan atau wewenang terutama untuk tingkat kepentingan dan resiko yang tinggi umumnya ada yang memberikan jaminan, rekomendasi atas kredibilitas si calon terutama bila sicalon belum mempunyai reputasi untuk tugas sejenis (new comer) atau jaminannya yah reputasi baik dari si calon sendiri sehingga dia akan berusaha menjaga reputasi baik yang telah diraihnya.


Condition (kondisi), kondisi lingkungan tentu harus diperhitungkan karena bila kondisinya tidak kondusif dan tingkat kegagalannya sangat tinggi sebaiknya tidak "meminjamkan" sehingga mungkin ditunda atau tidak didelegasikan tapi ditangani sendiri apabila tingkat keberhasilannya lebih tinggi.
5 C ini bisa dirangkum dalam satu kata Credibility(kredibilitas), atau mungkin lebih tepat perlu ditambahkan sebagai 6 C.
Selain 6 C mungkin perlu ditambahkan satu faktor C yang terakhir tetapi tidak kalah penting dengan C lainnya terutama dalam bermitra atau memberikan kepercayaan pada seseorang yaitu "Chemistry", terutama dalam mencari belahan jiwa:-) tetapi tidak perlu ditambahkan satu C lagi sehingga C yang kedelapan menjadi, CAPE DEH :-))))))

Rabu, 10 Juni 2009

Belajar dari masalah



Hampir semua dari kita selalu berusaha menghindar dari masalah, hanya sayangnya yang namanya masalah selalu ada.


Semakin tinggi tujuan yang hendak dicapai tentunya semakin banyak dan semakin komplek permasalahan yang harus di hadapi.


Masalah ada yang dapat di prediksi dan pemecahan masalahnya dapat diprediksi, ada masalah yang tidak dapat diprediksi dan pemecahannya pun mungkin tidak pernah terpikirkan untuk mengantisipasinya.



Umumnya masalah yang dapat diprediksi tidak menjadi masalah yang terlalu dikhawtirkan dan solusinya mungkin sudah berulang dilakukan dan mungkin ampuh untuk mengatasi persoalan sejenis.


Yang jadi masalah kadang kala kita harus melakukan sesuatu/langkah ataupun tanggung jawab yang mungkin kita tidak pernah bisa memprediksi jenis masalah apa yang akan kita hadapi sehingga solusinyapun tentunya tidak pernah terpikirkan.


Untuk menghadapi masalah seperti itu, tentunya kita belajar dari bagaimana kita menghadapi atau menyikapi dari masalah masalah umum sehingga kita mempunyai pola pikir dan kesiapan mental untuk menghadapinya. Yang kadangkala suatu solusi dari suatu masalah dapat di analogkan untuk memecahkan masalah lain yang mempunyai karakter dasar yang sama.


Yang harus kita tekankan bagaimana kita menghindari masalah yang bisa diprediksi dan menghadapi masalah yang kita tidak prediksi dan tidak terjebak hanya untuk mengatasi sympton masalah (gejala masalah) tidak mengatasi masalah utama yang jadi penyebab atau yang biasa digambarkan sebagai simptom pulau es (iceberg).


Untuk menejemen di bawah biasanya permasalahannya hampir dapat dikatakan tampak sehingga pemecahannya relatif tidak terlalu sulit.

Untuk menejemen tingkat menengah, permasalahannya sebagian tampak dan sebagian tidak tampak kepermukaan sehingga relatif lebih sulit solusinya.

Sedangkan untuk menejemen tingkat atas, permasalahan boleh dibilang kadang tidak tampak dan harus dipaparkan lebih lanjut atau lebih bersifat strategis.

Kadang kala mungkin sering keputusan atau solusi yang kita anggap baik ternyata ditolak atau tidak dijalankan oleh hirarkhi pengambil keputusan yang lebih atas. Tentunya kita harus coba memahami bagaimana cara pandang atau pertimbangan dibalik keputusan sehingga keputusan solusi itu yang diambil.


Dengan mempelajari karakter dan kondisi saat ini dan kondisi yang hendak dicapai dalam jangka panjang dari tujuan yang hendak kita capai baik sendiri maupun tujuan bersama, akan memudahkan kita mengambil keputusan dan tentunya keputusan itu dapat diterima oleh diri sendiri maupun komunitas kita.

Yang perlu diingat bagaimana kita mengatasi masalah utamanya jangan sampai terjebak mengatasi symptom masalah dari hari ke hari dimanapun posisi kita berada. Dan tentunya tidak terjebak oleh komitmen yang berlebihan (over commitment) biasanya disini ego mulai bermain walaupun dalam kenyataannya sudah jauh meleset dari apa yang kita perkirakan alias tidak jalan sesuai rencana sehingga perlu tindakan koreksi.

Bagaimana cara cara yang biasa kita lakukan dalam menghadapi masalah dan bagaimana kita mengatasinya akan menjadi kebiasaan dan kita cenderung terlatih dengan cara tersebut, oleh karena itu harus berhati hati agar kebiasaan itu membuat kita lebih termotivasi atau membawa kebaikan bagi kita maupun komunitas dimana kita berada.

Dengan adanya masalah kita bisa berlatih mengatasi solusi dengan adanya masalah dan tentunya jangan mengulang kesalahan sehingga timbul masalah yang sama. Yang tentunya akan lebih baik lagi bisa memprediksi masalah yang akan timbul dan melakukan antisipasi agar terhindar dari masalah.

Lebih baik kerja ekstra untuk mengantisipasi agar tidak timbul masalah dari pada kerja keras untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya dapat diantisipasi, yang mana pada sebagian orang lebih "menyukai" tidak memikirkan masalah yang akan timbul atau tidak mau sedikitpun memikirkannya atau mengganggap akan pernah ada masalah yang akan timbul yang sebenarnya dapat diprediksi atau meminimalkan masalah yang akan timbul, begitu masalah timbul baru kerja keras untuk mencari solusi sehingga biasanya mencari solusi dengan kebiasaanya yang biasa dilakukannya alias memecahkan masalah dengan menimbulkan dampak masalah baru yang lebih komplek dan...............tentunya masalahnya tidak selesai dan yang lebih parah apabila banyak pihak yang dirugikan yang sebenarnya bisa dihindari apabila dilakukan hal hal yang semestinya dilakukan.


Berlatih menghadapi masalah tentunya tidak perlu untuk mengulang ulang dengan masalah yang sama, apalagi jika tidak terjadi langkah langkah perbaikkan dalam menyelesaikan masalahnya.
Suatu masalah bagi bagi kita mungkin bukan menjadi masalah bagi yang lain atau karena terjebak rutinitas suatu masalah tidak terlihat sebagai masalah.
Untuk menuju yang lebih baik suatu yang tidak bermasalah mungkin akan jadi bermasalah di karenakan adanya target - target baru yang diciptakan sendiri untuk menjadi baik sehingga timbul solusi solusi baru terhadap permasalahan ataupun antisipasi antisipasi baru untuk mencegah timbulnya permasalahan.


Sesuatu yang dianggap sudah idealpun akan menghadapi masalah dikarenakan lingkungan yang akan selalu berubah.

Dalam mengatasi masalah diperlukan skala prioritas sesuai dengan kondisi yang diperlukan, sayangnya karena solusi umumnya tidak pada akar permasalahan dikarenakan biasanya kebutuhan yang sangat mendesak atau terdesak oleh waktu, sehingga kita terjebak oleh solusi sehari hari oleh permasalahan yang timbul pada permukaan bukan menyelesaikan permasalahan utama penyebab permasalahan yang akan selalu berulang atau masalah yang seharusnya tidak timbul apabila kita menyelesaikan masalah utamanya.

Paling tidak diperlukan langkah mundur sejenak, menyediakan waktu dari mengatasi solusi yang sehari hari kita lakukan dengan mencari tahu penyebab akar permasalahan.

Apabila akar permasalahan utama sudah diketahui, umumnya akan lebih jelas ternyata solusinya umumnya lebih sulit karena umumnya kita menghindar dari masalah utama dan secara tidak sadar melarikan diri dengan menyelesaikan masalah masalah permukaan. :-)))))

Masalah bisa membuat kita lebih kuat dan berhasil atau juga sebaliknya sehingga kita tidak kuat menanggungnya dan menuju kegagalan, karena memang setiap manusia mempunyai kapasitasnya masing - masing.
Apapun yang kita lakukan masalah akan selalu ada, karena masalah merupakan sahabat dari kita.:-) Dimana jika ia ada kita berusaha membuat solusi sedangkan bila ia tidak ada malah kita mencarinya jika kita ingin perbaikkan agar bisa lebih baik bagi kita.
Paling tidak masalah membuat kita lebih bijak untuk mengintropeksi diri dan lebih bijaksana dalam melangkah kedepan.










Kamis, 28 Mei 2009

Debat



Apabila kita mendengar kata perdebatan, umumnya dibenak kita akan terbayang dimana pihak-pihak yang terlibat pada perdebatan akan bersikap emosional. Tentu saja hal ini apa yang terbayang dibenak kita ini merupakan hal wajar. Dibilang wajar karena apa apa yang sering lihat yah memang begitu adanya.
:-)

Tentu saja ada debat yang menarik dan menunjukan kelas yang istimewa, seperti pertunjukan musik yah konser bukan pertunjukan musik yang biasa-biasa saja, apalagi musik jalanan.:-)))

Dan memang sangat sukar dan diperlukan disiplin yang sangat tinggi untuk meredam emosi dan tidak terpancing oleh pihak lawan berdebat.

Yang menarik kala kedua pihak yang berdebat hanya memikirkan bagaimana memenangkan perdebatan alias debat kusir yang tidak ada ujungnya.

Memang bukan hal yang salah kalau kita bersikeras mempertahankan pendapat, ide atau prinsip yang kita anggap benar terutama apabila memang diperlukan suatu konklusi.

Tentunya bila tidak ada kepentingan yang jelas tidak perlu berdebat berkepanjangan masing masing menjalankan prinsipnya dan saling menghormati, hanya sayangnya bila kedua pihak yang terlibat debat mulai terlibat dengan egonya debat semakin jauh dan tidak akan ada akhirnya.


Yang menarik debat sering dipertontonkan seperti saat ini, pemilu capres dan cawapres. Tentu hal ini menarik sehingga paling tidak kita bisa menilai pihak pihak yang terlibat dan menilai perdebatan apa yang disuguhkan. Yang paling menarik lagi apabila debat tidak diwakilkan tapi secara langsung, sehingga kita bisa menilai para kandidat secara langsung dan untuk selanjutnya mengamati apa yang diucapkan dengan perbuatannya apabila para beliau memenangkan pemilu.


Dalam kenyataannya sehari hari banyak orang berdebat, hanya untuk memenangkan perdebatan dan menutupi kelemahannya. Hal ini tentu saja tidak bermasalah selama masih dalam batas yang wajar, yang jadi masalah bila diatas kewajaran. Sehingga memenangkan perdebatan sekaligus menunjukkan kelemahannya sehingga tidak mendapatkan simpati atau penghargaan dari yang menyaksikan perdebatan.


Jangan sampai kita berprinsip yang penting memenangkan perdebatan, walaupun kita orang yang diajak berdebat atau yang menyaksikan sebenarnya kita ngawur. Justru pihak yang kalah atau biasanya mengalah bila menemui tipe ini (karena tahu ujungnya tidak akan beres) akan menang dalam arti sebenarnya dan menarik simpati sehingga dapat memperluas jaringan (networking).


Yang berprinsip yang penting menang dengan cara apapun kalau perlu ngawur, umumnya bangga atas menipu diri sendiri dan bersikap dengan gagah sehabis memenangkan perdebatan sehingga lalai untuk mengoreksi/mengevalausi diri untuk kemajuan.


Jangan sampai diibaratkan kita menjual suatu produk dan bangga atas produk tersebut atau mengklaim bahwa produknya no.1 terbaik tetapi pasar tidak merespon untuk memilikinya alias tidak ada yang membeli.


Kembali seperti perumpamaan musik diatas, sebuah perdebatan yang baik tidak mesti suatu konser atau melibatkan orang banyak. Dengan alat musik sederhana dan pihak yang dimainkan dengan baik dan dihayati bagaimana memainkan suatu musik yang baik akan terasa indah dan penuh makna bagi yang mendengarkan dan respek kepada yang memainkan alat musik tersebut.


Semoga kita mendapatkan suguhan debat yang menarik dalam kehidupan sehari hari paling tidak berusaha menjadi pemain yang baik.


Bila kita tidak bisa menjadi pemain yang baik, alangkah baiknya berdebat dengan diri kita sendiri sampai kita bisa merasakan musik yang indah yang diciptakan oleh kita sendiri dan selanjutnya pantas dipertunjukan terhadap orang lain sebagai suguhan yang menarik dan penuh makna.


Menikmati dan bersyukur

Dalam kita menikmati sesuatu kita jarang berpikir siapa saja yang berperan sehingga kita bisa menikmati kenikmatan yang sedang kita nikmati.
Wong kita sedang meresapi kenikmatan bagaimana bisa berpikir siapa yang berperan?:-)))
Apalagi kalau kenikmatan itu didapati dengan imbalan alias membayar biasanya tidak pernah terpikirkan baik pada saat menikmati maupun setelah selesai menikmatinya.

Bila kita melihat pohon yang rindang mungkin tak pernah terpikirkan siapa yang menanamnya dan berapa lama dari ditanam hingga kita bisa menikmati keteduhan dari kerindangan pohon tersebut.
Banyaki hal dalam kehidupan sehari -hari bila kita mau renungi dimana kenikmatan yang kita nikmati berasal dari perjuangan atau karya, jasa dari orang orang terdahulu. Kalau kita berpikir skeptis akan mengatakan: " ah itu sih biasa, orang itu juga khan mendapatkan imbalan baik materi atau nama"
Hal itu mungkin benar tetapi tidak semua orang berorientasi kesana tetapi lebih kepada idealisme yang ada pada dirinya, yang mana pahala yang dia dapat konskwensi logis dari karya yang dihasilkan.

Hasil karya-karya besar kalau hanya berorientasi pada materi mungkin akan gagal karena banyak cara berkarya yang lebih mudah dalam menghasilkan materi. Demikian juga untuk sebuah nama, terlalu banyak yang dikorbankan dimana tingkat keberhasilannya sangat kecil awalnya.
Mengapa kita harus merenung pengorbanan dari orang-orang terdahulu dan menghargai kerja keras mereka? Dengan bisa menghargai mereka kita bisa bersyukur dan memberi motivasi bagi diri kita untuk dapat memberikan arti bagi lingkungan dimana kita berada.



Dan tidak menjadi takabur apabila meraih kesuksesan, karena kesuksesan yang diraih karena berdiri di pundak para raksasa - raksasa pendahulu sehingga bisa tercapai kesuksesan saat ini.

Di kehidupan sehari hari kita sering lihat kalau jalan aspal berlubang besar diberi tanda agar pengguna jalan terperosok kedalam lubang. Dan si pemberi tanda kita tidak tahu siapa dan tidak memunggut biaya untuk itu dan tidak mendapatkan nama atas tindakannya. Coba kalau yang terperosok sanak kerabat kita?
Kadang uang tidak bisa membeli segalanya, misalnya untuk penyakit yang belum ada obatnya. Mungkin dijaman berikutnya akan ada penemuan dan ada solusinya untuk itu. Semua itu bisa terjadi karena ada orang-orang dengan idealisme yang kuat untuk mengatasi masalah tersebut.


Dalam menikmati harus ditekankan rasa bersyukur, yang utama tentunya buat kepentingan batiniah sendiri dan tentunya juga secara nyata dapat bersikap dan bertindak yang dapat memberikan sesuatu yang sangat berarti bagi sesama atau paling tidak mendukung, memotivasi orang untuk lebih maju dan tidak membebani komunitas dimana kita berada.

Pada akhirnya merenung pada orang-orang telah berjasa kehidupan kita saat ini akan sampai pada sang Pencipta.

Bagaimana kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan dan bagaimana pertanggung jawaban kita atas nikmat yang telah kita peroleh. Apakah kita hanya sebagai penikmat dan tidak pernah memberikan kenikmatan kepada sesama atau malah menghambat orang untuk berbuat yang lebih baik atau mendorong kearah yang batil. Pilihan semua ditangan kita?

Dengan kita bisa mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan tentunya hal-hal negatif semakin bisa terhapuskan dan akan mendorong diri kita ataupun memotivasi pada sesama kearah yang lebih baik.


Senin, 11 Mei 2009

Tertipu

Apakah anda pernah merasa tertipu?
Semua dari kita tentunya pernah merasa atau benar-benar tertipu.:-))


Bila orang lain mengatakan bahwa dirinya tertipu pada kita, biasanya kita bisa beragumen dengan dalil -dalil yang seharusnya orang itu lakukan. Biasanya argumen-argumen tersebut hanya melihat keluar diarahkan pada sipenipu, jarang kita melihat kedalam kearah diri sendiri sampai kita bisa tertipu.

Penipuan pada intinya memanfaatkan sifat2 kodrati yang ada pada manusia , dimana penipuan dengan cara yang sama bisa terulang pada orang-orang yang telah mendengar cara penipuan tetapi dikemas dengan bentuk baru memanfaatkan sifat kodrati yang beragam pada manusia.

Yang pertama tentunya memanfaatkan ketidak tahuan, hal ini tentunya mudah dipahami.

Seperti contohnya kejahatan penipuan dengan iming-iming hadiah dan si korban diminta memberikan data no kartu ATM berserta pin. Sikorban tidak tahu begitu dia memberikan no Kartu ATM, si penipu sudah siap didepan komputer dengan memanfaatkan fasilitas e-banking lalu sambil mengarahkan korban memberikan no pin yang mana dalam sekejab merubah no pin dan sipenipu menguras tabungan sikorban.

Selain ketidak tahuan tentunya disinipun melibatkan keserakahan yang ada pada diri kita tentunya. Sehingga mudah tergiur dengan jumlah hadiah yang besar sehingga kita tidak menjadi hati hati, tidak hati-hati tentunya sudah kodrati manusia juga walaupun orang tersebut termasuk orang yang hati -hati kadang pada suatu kondisi bisa pada kondisi berhati-hati seperti karena kelelahan atau dalam kondisi waktu yang terburu-buru. Sipenipu tentunya memanfaatkan kondisi ini atau malah kadang mengkondisikan korban pada keadaan ini.

Mempercayai orang dari kulit luarnya, tentunya sering terjadi bila memberikan pinjaman dengan melihat penampilan luarnya yang aduhai ternyata semua pinjaman ataupun dengan maksud hanya untuk menipu supaya terlihat bonafid secara penampilan.

Rasa sungkan, biasanya untuk orang timur cukup tinggi sehingga tidak mudah menolak ataupun menanyakan informasi-informasi tambahan yang sebenarnya diperlukan.

Kemalasan, kemalasan biasanya membuat kita tertipu dikarenakan tidak memeriksa atau mencari informasi yang sebenarnya diperlukan.

Menganggap remeh masalah dan gampang percaya, ini sering terjadi misalnya pada pembuatan polis asuransi dimana hanya diminta menandatangani selanjutnya diisi oleh si sales tanpa membaca isi perjanjiannya. Termasuk kasus Antoboga banyak para nasabah mereka melakukan hal itu, hanya tanda tangan tanpa membacanya apalagi mempelajarinya.
Menipu dengan memanfaatkan rasa kasihan atau niat baik untuk menolong, seperti baru baru ini dengan modus meninggalkan dengan sengaja berkas-berkas surat penting seperti SIUP, cek yang bernilai tinggi, sertifikat atau surat surat berharga lain ditempat umum. Yang tentunya semuanya palsu dimana sipenemu akan menghubungi no.HP yang sengaja dicantumkan kemudian mereka menjanjikan hadiah dengan modus operandi lama menipu melalui ATM dengan meminta kode PIN.

Tentunya lebih banyak lagi contoh-contohuntuk kita urun rembug alias sharing kenapa atau bagaimana kita bisa tertipu.

Yang jadi masalah bila kita berhadapan dengan orang berprofesi penipu dan bekerja secara profesional sedangkan kita sesuai dengan profesi masing -masing tidak fokus dengan keahlian menipu?

Mungkin yang paling sederhana untuk memutuskan sesuatu yang bernilai jangan terburu buru, menyelidiki kredibilitasnya atau informasi yang diperlukan atau berkonsultasi dengan kawan mungkin lebih bisa jernih karena tidak terlalu terlibat secara emosional

Bagaimana kalau kita telah melakukan yang terbaik dan tetap tetap saja tertipu? :-)
Yah gampangannya saja kita akui saja bahwa kita kalah pintar dari sipenipu dan mengambil hikmah dari pelajaran tersebut, mengakui kelemahan kelemahan yang ada pada diri kita dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri kita. Pengalaman tertipu bisa merupakan "harta berharga" apabila bisa menjadi landasan untuk menjadikan kita lebih maju untuk selanjutnya. Asalkan jangan terjebak dimana kita mempelajari bagaimana kita jangan tertipu akhirnya beralih profesi jadi penipu.

Pada akhirnya menjadi penipu tetap tidak akan membuat bahagia dan umumnya akan selalu berprofesi sebagai penipu dikarenakan sudah terjebak pada keahlian yang dimilikinya dan malas untuk beralih memulai profesi yang baru dan benar. Oleh karena itu jangan memulai belajar kecil kecilan jadi penipu yang akhirnya keenakan akan menuntun bawah sadar kita untuk melakukan lebih lanjut dan besar menipunya dan tentunya juga mematikan potensi baik yang ada pada diri kita masing masing. Tentunya kita lebih menghargai keberhasilan seseorang dari jalan yang benar dibandingkan dengan keberhasilan seseorang dengan cara menipu, tentu saja sipenipu yang berhasilpun mengakui hal ini.


Umumnya tentu orang mengatakan lebih baik tertipu daripada menipu; yang baik tentunya lebih baik tidak tertipu dan jangan menipu.

Yang repotnya kadang kita suka ditipu dan menipu diri kita sendiri, dan ini dimanfaatkan oleh sipenipu dengan memanipulasi impian yang kita ingini.:-(

Jumat, 08 Mei 2009

Menjual

Apakah kita melakukan penjualan?
Tentunya hampir semua dari kita yang tidak berprofesi sebagai tenaga penjual atau pemasaran akan mengatakan tidak melakukan kegiatan menjual.


Memang bila kita melihat penjualan secara pintas dengan assumsi bahwa menjual itu adanya barang yang dipasarkan atau kita lebih luas melihat menjual dalam bentuk jasa dalam arti kata adanya produk dari jasa yang dipasarkan. Untuk diperlukan keahlian dalam menjual atau selling skill dan pengetahuan tentang produk (product knowledge) tentunya saja informasi yang mendukung seperti Data bank konsumen , Data kompetitor dan data lingkungan yang mempengaruhi pemasaran.


Dan bila kita melihat kegiatan menjual jauh lebih luas, maka akan terlihat bahwa semua dari kita melakukan kegiatan menjual walaupun kita tidak berprofesi sebagai pemasar.

Misal, apabila kita mengajukan suatu ide atau gagasan kemungkinan besar akan tidak akan diterima oleh pihak lain apabila tidak mempunyai kemampuan menjual ide tersebut. Tentu saja apabila sipenerima ide yang diusulkan dalam keadaan jernih dan memiliki kemampuan yang cukup luarbiasa dalam menangkap inti permasalahan dari ide yang diajukkan akan tidak terlalu terpengaruh oleh teknik menjual. Hal ini tentunya merupakan kekecualian, tetapi tentunya akan mengurangi sejumlah kemungkinan keberhasilan orang tersebut dalam jumlah bertransaksi dalam melakukan penjualan.

Dalam kehidupan praktis sehari hari misalnya mengajak teman bergabung,menemani untuk pergi ke suatu tempat untuk acara tertentu yang mungkin bukan kegemaran teman yang kita ajak untuk menemai diperlukan teknik menjual menjual. Banyak contoh contoh lain yang bisa kita renungkan masing -masing dalam kehidupan sehari hari dan tentunya bukan sesuatu yang baru bagi sebagian dari kita.

Pertanyaannya mungkinkah kita membeli sesuatu dari orang yang menjual sesuatu pada kita tetapi kita tidak menyukainya? Atau terkenal mempunyai reputasi dan kredibilitas yang tidak baik? Atau memakai jasa orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak mempunyai komitmen dan tanggungjawab?

Tentu saja hampir bisa dipastikan jawabannya tidak , kita ingin membeli sesuatu produk atau jasa dari orang yang kita bisa percaya, paling tidak mendapatkan nilai tukar sesuai dengan nilai yang harus dikeluarkan. Atau dengan kata lain sipemasar ikut dinilai atau dijual selain produk atau jasa yang dijual. Karena sipemasar harus memiliki kemampuan menjual dirinya sendiri (Personnel Selling), oleh karena itu diperlukan pengenalan diri sendiri yang dianalogkan dengan produk (product knowledge) adalah dirinya sendiri sebagai produk.
Tentu saja hal ini juga bukan merupakan hal yang baru bagi sebagian dari kita, hanya perlu ditekankan kembali disini adanya hubungan antara kualitas yang baik pada diri kita dan produk yang hendak dijual dan persaingan yang ada dan tentunya lingkungan yang ada yang mempengaruhi bisnis tersebut mendukung untuk itu, dan tentu saja strategi dan sistim dan sumber daya yang ada secara keseluruhan mendukung untuk menghasilkan keberhasilan yang optimal.
Untuk perusahaan, selain kwalitas produk yang ditekankan dan kwalitas pemasar yang handal, tentunya harus diingat bahwa semua yang terlibat harus memberikan nilai tambah yang dapat meningkatkan penjualan sesuai dengan perannya masing-masing serta mempunyai kepribadian dan kemampuan menjual diri (personnel selling) dalam melakukan aktivitas kesehariannya yang dapat meningkatan reputasi perusahaan yang akhirnya memenangi persaingan dalam dunia bisnis.
Yang perlu diingatkan dalam menjual produk ataukah personell selling, biasanya kita terjebak oleh kepentingan sesaat bagaimana caranya yang penting bisa menjual walaupun mungkin dengan cara cara yang kurang bisa dipertanggung jawabkan. Seperti produk atau kemampuan yang jauh sekali dari apa yang dijanjikan dalam kita menjual, hal ini tentunya akan merugikan reputasi dalam jangka panjang.
Untuk penjualan produk atau jasa diperlukan pelayanan purna jual begitu juga untuk personnel selling dimana pelayanan purna jual merupakan bentuk komunikasi dengan pembeli produk atau pemakai jasa kita.
Kepuasan kita menjual tentunya harus memberi kepuasaan bagi si pembeli, untuk itu diperlukan umpan balik dari si konsumen untuk dapat meningkatkan kemampuan. Tentunya akan lebih baik menjaga hubungan baik dengan konsumen yang ada dan ditingkatkan menjadi kustomer/langganan, yang mana para pemasar atau penjual jasa umumnya sering terjebak pada kepentingan sesaat dan selalu mencari konsumen baru.
Yang tentunya harus disadari kustomer merupakan iklan yang baik melalui mulut ke mulut (word of mouth) dan yang terpenting tentunya tidak memerlukan biaya.:-)))
Begitu juga dalam melakukan personnel selling baik dalam dunia usaha maupun kehidupan sehari hari kita harus hati hati dan harus didukung dengan kemampuan yang tidak terlalu jauh dengan dengan pencitraan/imaging yang kita lakukan. Mengobati hati konsumen yang kecewa memerlukan usaha yang tidak mudah dan cukup menguras usaha yang besar dan hasilnya belum pasti berhasil.
Yang perlu kita sadari kita mempunyai kustomer internal selain kustomer eksternal, untuk kita yang tidak termasuk tenaga pemasaran tentunya kustomer internal kita semua pihak yang terkait dengan hasil karya kita atau pemakai hasil kerja kita dalam proses selanjutnya atau rekan sekerja dalam satu tim.
Selamat menjual dan salam sukses.:-)

Senin, 04 Mei 2009

Demokrasi, sudah siapkah kita?




Kalau kita mendengar kata demokrasi yang terbayang dikepala kita pasti sesuatu yang baik.
Memang demokrasi sesuatu yang baik, tetapi perlu diingat sesuatu yang baik mempunyai kelemahan dan kesiapan kondisinya untuk mendukung.

Saat ini negeri kita akan mengadakan pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden, dimana para pemilih dapat memilih langsung pilihannya bukan diwakili oleh wakil-wakil rakyat di parlemen.
Karena pemilihan secara langsung tidak diwakili, maka setiap suara berarti. Seperti umumnya segmentasi yang terjadi pada alam bersifat piramida, dimana masyarakat yang mengerti makin mengerucut. Sehingga suara terbanyak lebih diwakili oleh masyarakat kebanyakan dan tentunya menjadi target untuk mengumpulkan suara terbanyak.Koalisi yang terbentukpun salah satunya memperhitungkan jumlah suara yang terkumpul pada pemilihan parlemen dengan harapan bisa diandalkan sesuai skenario.

Sayangnya sebagian masyarakat di bagian bawah di piramida mungkin tidak terlalu memperhatikan atau mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengevaluasi sepak terjang (track record) dari para calon.
Sehingga kalau demokrasi berjalan sesuai yang diharapkan memberikan hasil yang baik diperlukan persyaratan dan kondisi minimun dari para pelaku demokrasi terutama pemilih.

Jika masyarakat sebagian besar belum siap mungkin istilah demokrasi terpimpin diperlukan yaitu dengan mempertimbangankan suara yang dipimpin dan hak veto
dari yang memimpin atau mempergunakan perwakilan di parlemen . Sayangnya hal ini mudah disalah gunakan, hanya demokrasi langsungpun bisa disalah gunakan bila hanya memikirkan bagaimana mendapatkan kekuasaan dari masyarakat yang belum memenuhi persyaratan minimun untuk berdemokrasi. Sehingga ada kemungkinan hasil yang didapat mungkin masih jauh dari yang diharapkan atau semestinya.

Bila pilihan kita dan sudah merasa cukup dengan melakukan demokrasi langsung, diperlukan informasi dan proses pembelajaran kepada masyarakat yang luas terutama dilakukan atau peran aktif masyarakat menengah. Dalam hal ini diperlukan dan diharapkan masyarakat bagian tengah piramida dalam arti kata masyarakat yang lebih mengerti berperan aktif memberikan informasi yang benar dan tidak memihak kepada masyarakat luas. Tentunya hal inipun sangat tergantung kepada niat baik semua terutama golongan menengah tentunya dalam memberikan informasi dan proses pembelajaran dalam mensukseskan berdemokrasi yang baik dan benar. Demokrasi bisa berjalan dengan baik dimana masyarakat telah mempunyaagi kemampuan untuk memilih dengan rasa tanggung jawab.

Demikian pula untuk skala organisasi, demokrasi tetap memerlukan syarat minimum dimana para pelaku telah memenuhi syarat dalam arti kata pengetahuan dan rasa tanggung jawab. Pemilihan secara pemunggutan suara atau voting mempunyai kelemahan apabila suara terbanyak tidak mempunyai kapabilitas dan rasa tanggung jawab apalagi kalau sampai mementingkan kepentingan golongannya atau golongan terbanyak yang umumnya mengunakan nama kebersamaan yang sebenarnya menghindar dari rasa tanggung jawab atau agar kepentingannya tercapai dan mengabaikan tujuan utama yang sebenarnya.
Dan voting ini juga dapat menjadi kendala bagi ide ide baru atau inovasi karena secara umum inovasi dan ide baru didukung oleh golongan yang lebih kecil yang mempunyai pemikiran lebih jauh kedepan dari zamannya, lagi pula umumnya golongan yang lebih banyak yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan lama mempunyai sifat ingin dengan yang sudah ada tidak menghendaki perubahan. (resistance to change).
Oleh karena itu demokrasi perlu diterapkan secara benar walaupun demokrasi pada prinsipnya baik bila kondisinya mendukung.
Untuk saat ini demokrasi pemilihan langsung presiden dan calon presiden, apakah masyarakat kita sudah siap sehingga didapatkan hasil yang terbaik?
Jawabannya tentu saja harus siap karena sudah diputuskan demikian dan memang harus dimulai proses pembelajaran berdemokrasi yang tentunya diharapkan untuk kedepannya semakin memberikan hasil yang baik.
Dimana semua itu menjadi tanggung jawab kita semua sesuai peran masing -masing dan porsinya ,tentu saja yang paling utama, ...............niat baik.:-)


Jumat, 01 Mei 2009

Sistim dan Kesetimbangan

Kata sistim sudah umum kita dengar bersama, hanya mungkin kita kurang menyadari gunanya sistim dan bagaimana sistim mempengaruhi kita baik yang berdasarkan dari alam (given) termasuk sistim yang ada di tubuh kita maupun sistim yang diciptakan oleh manusia agar semuanya berjalan dengan baik, atau pula agar tidak berjalan baik tapi berjalan baik atau memberi keuntungan hanya bagi si pembuat sistim.:-)
Bagaimanakah sistim yang baik? Tentunya sistim yang baik adalah tergantung daripada tujuan pembuat sistim
apakah sistim bisa berjalan mulus dan mencapai tujuan ketika di aplikasikan dan sistim tersebut bersifat dinamis sehingga bisa memperbaiki dirinya sendiri sehingga bisa beradaptasi terhadap tantangan yang dihadapi. Tentu saja secara moril harus memberikan manfaat yang baik sesuai nilai - nilai luhur yang berlaku bagi komunitasnya.
Dalam membuat sistim, sudah tentu seperti biasanya pertama harus jelas dahulu tujuan yang hendak dicapai. Tentunya yang utama bisa beradaptasi atau diaplikasikan dan memberikan manfaat yang optimal kalau secara perusahaan tentunya sistim tersebut harus bisa berkompetisi dalam industrinya.
Karena harus bisa berkompetisi harus melihat keluar(eksternal) sumberdaya apa yang diperlukan untuk sistim dan sistim apa yang digunakan agar bisa berkompetisi, tentunya dengan sesuai dengan target dan posisi yang hendak dicapai disesuaikan dengan sumberdaya internal yang ada, apa masih sesuai dengan yang diharapkan.
Suatu sistim akan bergerak dinamis menyesuaikan dengan perkembangan yang dihadapi, dimana sistim akan membentuk kesetimbangan dan dimana bila kesetimbangan itu terganggu baik dari faktor eksternal bersifat reaktif maupun sengaja dibuat secara internal bersifat aktif atau proaktif agar lebih baik atau unggul pada persaingannnya akan terbentuk kesetimbangan kesetimbangan baru dimana sistim berubah dengan kesetimbangan yang baru tersebut.
Yang perlu ditekankan sistim harus menyesuaikan dengan hukum-hukum alam yang ada. Misal sistim pemasaran harus menyesuaikan dengan perilaku konsumen sebagai kontrol hukum alam, sistim organisasi harus menyesuaikan dengan kecenderungan kebutuhan pasar yang menginginkan fleksibilitas dan informasi yang cepat dan jelas.
Sistim yang baik akan bersifat dinamis dan akan selalu menyesuaikan dengan kesetimbangan-kesetimbangan yang ada. Apabila sistim tidak berjalan dengan baik akan terjadi kekacauan dan tidak bisa menyesuaikan dengan kesetimbangan baru yang diperlukan agar bisa berkompetisi pada kelasnya dan ada kemungkinan akan turun pada posisi persaingan sesuai dengan kontrol alam yang ada.
Sistim yang tidak baik akan membentuk kesetimbangan -kesetimbangan baru yang mengarah pada ketidak baikkan performa sistim bila tidak diperbaiki dan hukum alam akan memperkuat penghargaan atau penilaian terhadap sistim yang ada.
Bila tidak segera diperbaiki secara tidak disadari para pelaku dalam sistim, baik yang tidak mengambil keuntungan dari sisim yang tidak baik akan terhanyut pada kebingungan dan mengarah pada kecenderungan membentuk kesetimbangan yang menurun secara performa sedangkan yang selalu mengambil keuntungan dari sesuatu yang tidak baik tidak usah dikupas lebih lanjut memang sudah demikian, tidak pernah perduli karena hanya bersifat parasit.
Membuat dan memperbaiki sistim memang bukan hal yang mudah, tetapi harus dikarenakan adanya kontrol dari hukum alam yang tidak bisa diajak kompromi dan bersifat tegas tanpa punya kepentingan. Hanya memang sudah menjadi sifat dasar manusia kebanyakan yang bersifat reaktif, menunggu dampak buruk menimpa dari pada bersifat aktif memperbaiki yang tidak membuat sistim tidak berjalan semestinya atau bersifat antisipasi yaitu proaktif.
Pilihan tentunya di tangan para pelaku, apa menjadi orang kebanyakan atau sebaliknya? Tentunya modal yang ditanam sesuai dengan apa yang didapatkan.

Rabu, 22 April 2009

Mengambil Kesimpulan.


Semua dari kita tentu harus membuat keputusan, yang tentunya sebelum mengambil keputusan tentunya kita sudah mempertimbangkan dulu atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu dan memprediksikan apakah hasil keputusan yang akan dilakukan akan sesuai dengan rencana berdasarkan data - data yang ada.
Tentunya diperlukan asumsi asumsi atau kesimpulan - kesimpulan, sehingga selain diperlukan keahlian dalam mengambil keputusan diperlukan juga kemampuan dalam menganalisa sebelum dijadikan sintesa atau kesimpulan yang diperlukan untuk mengambil keputusan.
Oleh karena itu memang diperlukan keahlian dalam bidangnya dan logika secara umum untuk penafsiran ulang (Cross Check).
Sayangnya rata rata dari kita tidak bereaksi atas kenyataan yang ada akan tetapi atas pikiran - pikiran yang ada di kepala kita.
Seperti cerita dibawah ini:
Sekelompok wisatawan tertahan disuatu tempat di luar kota.
Mereka diberi makan bahan makanan lama.
Sebelum menyantapnya makanan itu dicoba dulu dengan memberikannya pada seekor anjing. Tampaknya anjing itu menikmatinya dan tidak ada ada akibat sampingnya.
Hari berikutbya mereka mendengar bahwa anjing itu mati.
Semua orang menjadi cemas,Banyak yang mulai muntah dan mengeluh badannya panas atau terserang disentri.
Seorang dokter dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan.
Dokter itu mulai dengan menanyakan apa yang terjadi dengan anjing itu. Diadakanlah penyelidikan. Seorang tetangga secara sambil lalu berkata, "Oh, anjing itu dilemparkan ke parit karena terlindas mobil".
(cerita dikutip dari: Doa Sang Katak 2 Meditasi dengan cerita, Anthony de Mello SJ).
Memang sukar untuk kita tidak terpengaruh oleh pikiran yang ada di kepala kita apalagi untuk hal-hal yang kita sukai sehingga semua kenyataan yang ada seolah olah sejalan dengan yang kita inginkan sehingga kemungkinan salah dalam mengambil kesimpulan terutama bila terlibat secara emosional. Dan sangat sukar bagi kita untuk menerima kenyataan apabila sesuatu yang buruk yang terjadi pada orang lain akan terjadi pada kita walaupun kenyataannya mengarah kearah sana.
Seperti lirik lagunya Frank Sinarta, "Something Stupid" mungkin bisa juga menggambarkan bagaimana mengambil kesimpulan dan mengambil keputusan. :-))))
Memang terlalu gegabah mengambil kesimpulan dan membuat keputusan tidak baik, akan tetapi sama buruknya dengan terlalu hati hati dalam mengambil kesimpulan atau mengambil keputusan.
Manusia memang dapat dikelompokan dengan dua tipe, tipe pertama terlalu mempertimbangkan dan berhati hati mengambil keputusan dan tipe yang kedua, cepat mengambil keputusan tanpa terlalu mempertimbangkan resikonya.
Mana yang terbaik dari kedua tipe tersebut ? Tidak ada yang baik maupun buruk, kedua duanya memang diperlukan dalam kehidupan. Dan kita masing masing lebih dekat pada tipe yang mana? :-)
Apabila kita termasuk salah satu tipe, terutama secara dominan tentunya diperlukan rekan/partner dengan tipe yang kebalikan agar saling melengkapi. Yang tentunya kadang - kadang terasa tidak nyaman bagi tipe yang pertama dan terasa menjengkelkan bagi tipe kedua.:-)))) Apabila bisa saling melengkapi sehingga unsur dominan menjadi melunak sehingga tiadak ada kata terlalu akan tercapai pada kondisi yang tepat akan tercipta sinergi.
Tentunya akan lebih baik bila "fungsi pedal gas dan pedal rem ini terdapat pada satu kendaran" alias kita bisa mengkontrol diri sendiri pada posisi yang tepat:-)))))

Minggu, 12 April 2009

Baik Hati



Seorang pemilik warung datang menghadap kawan yang bijak dengan rasa cemas berkata, bahwa di seberang jalan berhadapan dengan warungnya orang membuka toko serba ada yang besar, yang akan mematikan usahanya.

Keluarganya sudah menunggui warung itu seratus tahun, dan kehilangan ini berarti gulung tikar baginya, sebab di bidang lain ia tidak tahu apa apa.

Kata sang kawan, "Jikalau engkau takut akan pemilik toko serba ada itu, engkau akan membencinya. Dan benci itu berarti gulung tikar bagimu."

"Lalu aku mau apa," kata si pemilik warung bingung.

"Setiap pagi keluarlah dari warungmu, dan berdirilah di pinggir jalan memberkati warungmu, agar maju sejahtera.

Lalu berpalinglah kepada toko serba ada dan memberkatinya juga".

"Apa memberkaiti sainganku yang menghancurkan aku?"

"Setiap berkat yang kau berikan akan berbalik menjadi kebaikanmu.
Setiap puji jahat akan menghancurkan dirimu."


Setelah enam bulan pemilik warung kembali melaporkan bahwa ia harus menutup warungnya, seperti yang ia takutkan, tetapi sekarang ia mengurusi toko serba ada dan penghasilannya jauh lebih baik daripada sebelumnya.
(Disadur dari: Sejenak Bijak; Anthony de mello sj)

Cerita diatas bisa menjadi bahan renungan dalam kehidupan sehari hari dimana umumnya masing masing saling bersaing dan berjalan sendiri sendiri. Dimana dalam dunia bisnis persaingan kompetisi semakin terasa dan tak terelakkan. Hal ini yang umum melekat dalam pemikiran para pelaku bisnis.
Untuk pasar yang hanya dikuasai sebagain kecil pelaku (semacam oligopoli) secara tidak langsung ada kesepakatan atau kerjasama untuk mengatur pasar. Sedangkan untuk pasar bebas, memang agak sukar untuk berkerja sama, akan tetapi bila persaingan begitu ketat sehingga terjadi perang tarif; akan lebih baik menekan biaya operasi dengan misalnya memanfaatkan utilitas bersama seperti di perbankan menggunakan ATM bersama atau di telekomunikasi dengan menggunakan BTS bersama. Dan ini umumnya dilakukan oleh para pelaku yang sudah ada dipasar.
Para perusahaan besar banyak melakukan kemitraan dengan para pemasoknya(supplier) menjadikan networking, sehingga hasil yang didapat bisa lebih optimal. Dengan kemitraan tentu memberikan kedudukan yang lebih tinggi atau paling tidak sejajar.
Dalam bisnis persaingan memang tidak terelakkan, tetapi untuk bisa unggul diperlukan kerjasama dari para pelaku bisnis yang mendukung bisnis utamanya. Yang terpenting para pelaku bisnis yang mendukung bisnis utama dan bisnis utamanya melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan. Persoalannya hanya bagaimana caranya agar para pelaku dapat saling mendukung dan saling mempercayai satu sama lain dan masing masing mendapatkan keuntungan yang lebih baik dengan adanya jaringan kemitraan yang dilakukan.Banyak kemitraan dan koperasi yang gagal salah satunya dikarenakan kurangnya pemahaman kebersamaan dan kerjasama yang sebenarnya, sehingga masing-masing ingin mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya tanpa memikiran yang lain(kompetisi didalam) yang akhirnya mati suri.
Persaingan untuk tingkat tertentu tetap diperlukan, dengan adanya persaingan akan lebih meramaikan industri dan akan lebih menarik lebih banyak konsumen, apalagi apabila unggul dalam industri tersebut.
Kecuali untuk monopoli tidak ada persaingan, saat ini Globalisasi merupakan ancaman bagi monopoli.
Segi baiknya dari persaingan tentunya masing-masing akan memberikan yang terbaik dan akan selalu memperbarui cara cara berbisnis.
Akan tetapi cara cara bisnis lama yang hanya menarik keuntungan dimuka akan tidak menarik lagi, akan kalah dengan cara cara yang lebih fleksibel yaitu dengan cara cara kerjasama dalam jaringan jaringan bisnis atau membentuk kemitraan.
Yang unggul tentu saja yang memang memberikan yang terbaik terhadap pasar atau dalam arti kata sesuai dengan nilai tukar yang ditawarkan. Pada akhirnya akan terbentuk segmentasi segmentasi sendiri, sesuai dengan kapabilitasnya dan penilaian pasar.

Dalam Globalisasi selain penyatuan tiada batas disatu sisi, disisi lainpun akan memperkuat kelompok -kelompok eksklusif untuk memperkuat posisi mereka dalam arus globalisasi seperti unieropa salah satunya.

Yang perlu ditekankan kompetisi tidak selalu baik dibanding kerjasama terutama apabila kompetesi yang tidak sehat dan internal, lebih baik bekerjasama yang baik tentunya untuk menghadapi persaingan eksternal yang akan dihadapi.
Untuk kehidupan sehari hari lebih baik melakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan dalam kondisi apapun, karena dalam berkerjasama orang akan melihat dan mengajak bergabung orang yang pantas untuk diajak bergabung, dan tentunya orang yang memang bisa bekerjasama dan menghadapi kompetisi dengan yang seharusnya yaitu faktor eksternal.
Tentu saja kompetisi internal bukan sesuatu yang salah, hanya tentunya kompetisi yang sehat dan tidak menghambat kerjasama dalam menjalankan tugas masing-masing apalagi menghambat tugas utama bersama apalagi tidak menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan menghindarinya tetapi berkompetisi dalam mendapatkan pahalanya.
Yang perlu disiapkan adalah melakukan yang terbaik dan bekerjasama dengan baik dengan pihak lain agar bisa meningkatkan dan masukan untuk memperbaiki diri. Sehingga orang lain merasa pantas untuk mengajak kerjasama kita dan memasukan kedalam tim serta mengajak berkompetisi sebagai tim dengan eksternal.
Baik hati ?:-) Tentu saja tidak :-))))))

Kamis, 09 April 2009

Teamwork



Teamwork,kerjasama tim merupakan syarat mutlak bila ingin berhasil mengerjakan sesuatu pekerjaan dan memberikan hasil yang optimal.

Teamwork dimulai dengan membentuk team sesuai dengan keperluan pekerjaan yang akan dikerjakan. Dimana personil dengan berbagai keahlian pada bidangnya yang mumpuni dan berbagai karakter bergabung dengan komitmen menghasilkan pekerjaan tersebut secara optimal sehingga tujuan akhir tersebut merupakan gabungan dari hasil karya terbaik dari para personil yang bergabung dalam tim secara teamwork dan menghasilkan pekerjaan sesuai dengan sasaran.

Yang sudah tentu sasaran harus ditetapkan terlebih dahulu ketika membentuk tim dan dijabarkan dengan jelas dengan demikian seleksi anggota tim akan mendukung sasaran.

Sasaran tersebut tentunya harus disosialisasikan, untuk sasaran umum biasanya anggota tim akan mudah mengetahui sasaran yang akan dicapai.
Sedangkan sasaran lain yang tidak secara langsung terkait dengan sasaran utama pekerjaan, akan tetapi akan sebagai pendukung sasaran utama atau menjadi sasaran yang harus dicapai untuk mendukung pihak pihak terkait dengan pekerjaan utama harus disosialisasikan baik secara formal ataupun informal dikarenakan ada kemungkinan anggota tim tidak menyadarinya.


Dalam berkerja secara tim, tetap diperlukan komando agar bisa bekerja effisien dan effektif, semakin matang anggota tim atau tim semakin sedikit komando yang diberikan dan semakin banyak komando yang diberikan adalah kebalikan.
Komando terutama diperlukan ketika rencana tidak berjalan semestinya, diluar perencanaan.

Kerjasama tim yang baik salah satunya, jika masing masing anggota tim
menyadari hasil kerja mereka saling terkait dan hasil kerja yang dihasilkan akan mempengaruhi anggota tim yang lain. Dengan kata lain mereka berkontribusi paling tidak secara relatif atas kualitas kerja yang dihasilkan anggota tim yang terkait dengan hasil kerjanya.Baik itu buruk atau baik, tergantung hasil kerja mereka yang terkait apakah sudah optimal.
Sudah tentunya pihak-pihak yang terkait dengan keterkaitan proses itu harus melakukan secara optimal pula sehingga memberikan hasil terbaik bagi tim. Dengan kerjasama yang baik dan anggota selalu meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan tim, kerjasama tim semakin baik dan diharapkan menghasilkan sinergi.

Keuntungan dengan kerja tim yang baik bagi anggota tim tentunya ada selain untuk kepentingan tim secara keseluruhan.
Merasakan kegembiraan bersama ketika mengalami keberhasilan dari tim dan tentunya berbagi kegetiran ketika tim menerima kegagalan.
Keuntungan yang nyata, mengetahui berbagai keahlian dari masing-masing anggota tim yang terkait dengan keahliannya walaupun mungkin secara sepintas. Paling tidak itu diperlukan ketika untuk pekerjaan yang sejenis dilain kesempatan , karya mereka mempertimbangkan keahlian lain yang terkait dengannya bisa diterapkan dan bisa menghasilkan karya yang optimal. Terutama jangan sampai ada kerja ulang yang tidak perlu.
Bisa mempelajari keahlian secara umum atau menejerial yang tentunya diperlukan selain keahlian khusus yang sudah dimiliki.
Memacu untuk peningkatan kemampuan diri dengan kesadaran menjadi anggota tim yang baik dalam segala bidang agar diakui sebagai anggota tim yang memberikan kontribusi yang pantas diberikan sebagai masing-masing anggota tim.

Sikap masa bodoh, merupakan penghambat kerjasama tim yang tentunya sudah jelas merugikan diri sendiri dan tim. Tentunya sifat ini akan mendapat sanksi dari anggota tim baik yang nyata maupun yang secara tidak nyata.

Kerja sama tim memang tidak mudah dan perlu perekat agar tim benar-benar solid. Salah satu unsur perekat yang baik ialah,paling tidak mempunyai kesamaan cara pandang/prinsip hidup dalam berkarya, dalam bahasa umum disebut visi dan misi.
Teamwork, perlu pembelajaran dan tidak semudah itu bisa dicapai, terutama bila anggota tim yang terlibat belum dan tidak terbiasa bekerja sebagai tim. Jadi diperlukan keahlian khusus untuk bisa bekerja sebagai teamwork selain keahlian khusus yang dimiliki dalam bidangnya.
Tentunya teamwork bukan hal yang terlalu sulit karena dalam kehidupan kita sehari hari kita harus bisa bekerjasama dalam hal-hal yang baik.
Dalam pertemanan, kehidupan berkeluarga/keluarga besar dan lingkungan sosial dimana kita berada tentunya kita sudah terbiasa dengan kerjasama sebagai tim.
Dan reward dan punishmentnya pun pasti terjadi dalam kehidupan sehari hari, jadi teamwork bukan sesuatu yang baru secara mentalitas.
Hanya memang teamwork secara teknis pelaksanaan kadang ada hal-hal baru yang perlu dipelajari lebih lanjut ketika pekerjaan tersebut makin spesifik.
Jadi jika kita bisa bergabung dengan tim dimana anggotanya merupakan orang - orang yang bisa diperhitungkan alias mumpuni merupakan suatu anugrah dimana kita bisa banyak belajar dan mengambil hikmahnya.
Kerjasama tim yang baik selain memberikan manfaat pembelajaran kepada semua anggota tim sekaligus asset yang berharga untuk organisasi, dimana organisasi/perusahaanpun perlu terus belajar atau yang biasa dalam istilah menejemen disebut " Learning Organization".

Teamwork, bisa berjalan bila lingkungannya mendukung untuk itu oleh karena itu perlu dipelihara budaya teamwork dan upaya upaya agar tetap berjalan dan selalu ditingkatkan. Dan para pelaku teamwork bisa merasakan manfaat langsung dari teamwork yang dilakukan, maanfaat tidak langsung tentunya harus sudah disadari oleh masing-masing para pelaku yang merupakan asset atau image yang berharga bagi para pelaku dimata para pemakai jasa mereka. Kalau di marketing ada brand image di masyarakat ada name image alias reputasi.


Semua itu mudah dan mau untuk dilaksanakan bila kita menyadari itu bermaanfaat bagi kita, yang sulit bila merasa itu tidak bermaanfaat dan lebih baik melakukan manfaat-maanfaat sesaat bukan untuk jangka panjang. Atau dengan istilah pembenaran -pembenaran untuk menolak kerjasama tim dan hanya mengambil maanfaat dari tim.
Mana yang lebik baik tentunya diserahkan masing-masing kepada personil yang bersangkutan yang melaksanakan dan kemampuan berpikir dan menganalisa terhadap persoalan yang dihadapi serta pengalaman - pengalaman pribadi.
Yang jelas dalam pendidikan budi pekerti dan secara agama selalu di ajarkan hal-hal yang baik yang merefleksikan mengenai kerjasama.
Seperti Sillahturami, tentunya bisa bekerjasama dan saling mengormati terkandung didalamnya.Dan maanfat dari sillahturami bila kita lakukan dengan benar tidak perlu dipertanyakan lebih lanjut.
Melayani, artinya secara tidak langsung bekerjasama dengan pihak -pihak lain. Dengan melayani sebenarnya kitapun dilayani, pada umumnya apa yang kita terima merupakan cermin dari perbuatan kita.
Berbuat baik tentunya yang akan didapat perbuatan baik pula.
Semoga semua mahluk berbahagia, yah artinya bekerjasama dengan mereka untuk memperbaiki diri mereka masing-masing agar mencapai kebahagian.
Apakah kerjasama tim saja cukup untuk berhasil? Tentu saja tidak, paling tidak kita telah melakukan satu langkah yang berarti dan diperlukan untuk melanjutkan langkah langkah berikutnya yang didasari dengan niat yang baik akan menghasilkan hasil yang baik.
Terutama kebaikkan yang bisa dirasakan oleh kita maupun sesama anggota tim dan akan lebih baik lagi bila dirasakan oleh semua yang ada dilingkungan dimana kita berada.