Apakah anda pernah merasa tertipu?
Semua dari kita tentunya pernah merasa atau benar-benar tertipu.:-))Bila orang lain mengatakan bahwa dirinya tertipu pada kita, biasanya kita bisa beragumen dengan dalil -dalil yang seharusnya orang itu lakukan. Biasanya argumen-argumen tersebut hanya melihat keluar diarahkan pada sipenipu, jarang kita melihat kedalam kearah diri sendiri sampai kita bisa tertipu.
Penipuan pada intinya memanfaatkan sifat2 kodrati yang ada pada manusia , dimana penipuan dengan cara yang sama bisa terulang pada orang-orang yang telah mendengar cara penipuan tetapi dikemas dengan bentuk baru memanfaatkan sifat kodrati yang beragam pada manusia.
Yang pertama tentunya memanfaatkan ketidak tahuan, hal ini tentunya mudah dipahami.
Seperti contohnya kejahatan penipuan dengan iming-iming hadiah dan si korban diminta memberikan data no kartu ATM berserta pin. Sikorban tidak tahu begitu dia memberikan no Kartu ATM, si penipu sudah siap didepan komputer dengan memanfaatkan fasilitas e-banking lalu sambil mengarahkan korban memberikan no pin yang mana dalam sekejab merubah no pin dan sipenipu menguras tabungan sikorban.
Selain ketidak tahuan tentunya disinipun melibatkan keserakahan yang ada pada diri kita tentunya. Sehingga mudah tergiur dengan jumlah hadiah yang besar sehingga kita tidak menjadi hati hati, tidak hati-hati tentunya sudah kodrati manusia juga walaupun orang tersebut termasuk orang yang hati -hati kadang pada suatu kondisi bisa pada kondisi berhati-hati seperti karena kelelahan atau dalam kondisi waktu yang terburu-buru. Sipenipu tentunya memanfaatkan kondisi ini atau malah kadang mengkondisikan korban pada keadaan ini.
Mempercayai orang dari kulit luarnya, tentunya sering terjadi bila memberikan pinjaman dengan melihat penampilan luarnya yang aduhai ternyata semua pinjaman ataupun dengan maksud hanya untuk menipu supaya terlihat bonafid secara penampilan.
Rasa sungkan, biasanya untuk orang timur cukup tinggi sehingga tidak mudah menolak ataupun menanyakan informasi-informasi tambahan yang sebenarnya diperlukan.
Kemalasan, kemalasan biasanya membuat kita tertipu dikarenakan tidak memeriksa atau mencari informasi yang sebenarnya diperlukan.
Menganggap remeh masalah dan gampang percaya, ini sering terjadi misalnya pada pembuatan polis asuransi dimana hanya diminta menandatangani selanjutnya diisi oleh si sales tanpa membaca isi perjanjiannya. Termasuk kasus Antoboga banyak para nasabah mereka melakukan hal itu, hanya tanda tangan tanpa membacanya apalagi mempelajarinya.
Menipu dengan memanfaatkan rasa kasihan atau niat baik untuk menolong, seperti baru baru ini dengan modus meninggalkan dengan sengaja berkas-berkas surat penting seperti SIUP, cek yang bernilai tinggi, sertifikat atau surat surat berharga lain ditempat umum. Yang tentunya semuanya palsu dimana sipenemu akan menghubungi no.HP yang sengaja dicantumkan kemudian mereka menjanjikan hadiah dengan modus operandi lama menipu melalui ATM dengan meminta kode PIN.
Tentunya lebih banyak lagi contoh-contohuntuk kita urun rembug alias sharing kenapa atau bagaimana kita bisa tertipu.
Yang jadi masalah bila kita berhadapan dengan orang berprofesi penipu dan bekerja secara profesional sedangkan kita sesuai dengan profesi masing -masing tidak fokus dengan keahlian menipu?
Mungkin yang paling sederhana untuk memutuskan sesuatu yang bernilai jangan terburu buru, menyelidiki kredibilitasnya atau informasi yang diperlukan atau berkonsultasi dengan kawan mungkin lebih bisa jernih karena tidak terlalu terlibat secara emosional
Bagaimana kalau kita telah melakukan yang terbaik dan tetap tetap saja tertipu? :-)
Yah gampangannya saja kita akui saja bahwa kita kalah pintar dari sipenipu dan mengambil hikmah dari pelajaran tersebut, mengakui kelemahan kelemahan yang ada pada diri kita dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri kita. Pengalaman tertipu bisa merupakan "harta berharga" apabila bisa menjadi landasan untuk menjadikan kita lebih maju untuk selanjutnya. Asalkan jangan terjebak dimana kita mempelajari bagaimana kita jangan tertipu akhirnya beralih profesi jadi penipu.
Pada akhirnya menjadi penipu tetap tidak akan membuat bahagia dan umumnya akan selalu berprofesi sebagai penipu dikarenakan sudah terjebak pada keahlian yang dimilikinya dan malas untuk beralih memulai profesi yang baru dan benar. Oleh karena itu jangan memulai belajar kecil kecilan jadi penipu yang akhirnya keenakan akan menuntun bawah sadar kita untuk melakukan lebih lanjut dan besar menipunya dan tentunya juga mematikan potensi baik yang ada pada diri kita masing masing. Tentunya kita lebih menghargai keberhasilan seseorang dari jalan yang benar dibandingkan dengan keberhasilan seseorang dengan cara menipu, tentu saja sipenipu yang berhasilpun mengakui hal ini. Umumnya tentu orang mengatakan lebih baik tertipu daripada menipu; yang baik tentunya lebih baik tidak tertipu dan jangan menipu.
Yang repotnya kadang kita suka ditipu dan menipu diri kita sendiri, dan ini dimanfaatkan oleh sipenipu dengan memanipulasi impian yang kita ingini.:-(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar