Membicarakan rasa bersyukur seolah - olah sesuatu yang dogmatis dan tidak perlu dikupas lebih lanjut.
Yang apabila dikupas lebih lanjut seolah - olah mengurangi rasa bersyukur bagi dari orang-orang yang mempertanyakan rasa bersyukur.
Baru baru ini seorang kawan merasa Geli atau mempertanyakan rasa bersyukurnya tersebut setelah mengetahui dari Facebook dimana sebagian dari kawan -kawan telah menyebar ke berbagai penjuru dunia atau singkatnya dianggap berhasil secara duniawi oleh kawan saya ini.(he he he .... yang lebih bawah biasanya lebih banyak dan tidak terlihat tuh)Kawan saya yang satu ini terlihat lugu yang sebenarnya kritis, berani mempertanyakan sesuatu yang menurut sebagian orang tidak perlu dipermasalahkan kebenarannya dan yang salah satu yang mendukung saya untuk tetap menulis di blog ini.
Tentunya yang dimaksud beliau apakah mengajak kita mengevaluasi sikap bersyukur kita.Apakah telah benar?
Dimana kalau kita membandingkan kita dengan kawan kawan yang kita yang menurut kita biasa biasa saja tapi mampu lebih sukses secara duniawi.
Sehingga timbul keraguan dari sikap bersyukur kita selama ini ? Sikap keraguan bukan sesuatu yang buruk, ketika kita mengevaluasi diri, tetapi sebagai langkah awal dan suatu kejujuran yang memang diperlukan.
Sesuatu apabila dimulai dari keraguan, apabila setelah kita yakin; akan timbul keyakinan yang kuat sekali. Dan keraguan selalu diperlukan pada tahap tahap untuk peningkatan diri baik dalam kehidupan sehari-hari maupun spiritual.
Orang yang puas diri tidak akan mencapai sesuatu yang lebih baik, orang yang tidak bersyukur umumnya tidak akan jernih dalam berpikir maupun bersikap.
Kata Bersyukur sendiri sering diartikan puas dengan keadaan kita saat ini, yang benar menurut mungkin (yang tentunya bisa salah :-) ) Bersyukur, berterima kasih pada Allah atas karunia yang diberikanNya pada kita. Jadi bisa saja kita tidak puas , berusaha lebih keras dan memaksimalkan potensi yang ada didalam diri kita untuk mendapatkan apa yang kita ingini, tentunya sambil mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah.
Agar hari esok lebih baik dari hari ini perlu mengucapkan syukur atas semua rezeki serta rahmat yang diberikan pada hari ini dan memulai pada hari esok agar lebih baik hari kemaren.
Mungkin banyak orang terjebak, apabila kita tidak puas akan sesuatu selalu dibilang harus bisa bersyukur dan sudah putus cukup mententramkan hati kita.
Sebenarnya harus melihat potensi diri kita dan peluang yang ada, serta sikap kita yang "berani membayar untuk sesuatuharga dari kesuksesan" (tentunya membayar dengan cara yang benar)
Jangan sampai kita berlindung pada kata bersyukur yang sebenarnya menutupi kelemahan -kelemahan diri kita, sehingga prinsip bersyukur kita ataupun prinsip prinsip kita yang lain, mudah tergoyahkan oleh suatu keadaan dimana mungkin sebelumnya tidak pernah kita perkirakan.
Kalau prinsip kita sudah benar dan bersikap sudah benar, tidak perlu penyesalan apakah itu menghasilkan baik atau buruk.
Karena kita semua percaya Rezeki ada mengatur (tentunya jangan sembunyi di balik kata ini juga.he he he he diperlukan kejujuran ada pada diri kita sendiri )
Pada akhirnya apa yang kita lihat baik belum tentu baik, apa yang kita lihat buruk belum tentu buruk karena hidup masih berjalan, dan apabila kita kembali padaNya semua amal dan ibadah kita akan dipertanggung jawabkan padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar