Sering kita mengatakan suatu peristiwa sebagai kebetulan semata atau dengan istilah tidak sengaja. Sebenarnya bila kita telaah hampir semua peristiwa merupakaan suatu proses dan mengikuti suatu hukum alam atau selaras dengan konsep pendekatan proses untuk peristiwa tersebut, hanya karena kita tidak mengenal proses tersebut kita menyebutnya hanya kebetulan semata.
Dalam teori probabilitas atau teori kemungkinan suatu peristiwa bisa dikalkulasi sebagai peluang untuk peristiwa itu terjadi. Sederhananya misalkan kita memasukan sepuluh kelereng berwarna dengan masing masing memiliki satu warna kedalam sebuah kotak dan kemudian mengambil kedalam kotak dengan tujuan mendapatkan sebuah warna. Peluang mendapatkan warna tersebut sepersepuluh demikian juga untuk warna-warna lain.
Apabila kita mendapatkan warna apa yang kita ingini, ini yang biasanya kita menyebutnya kebetulan. Tentunya perkataan ini kebetulan ini menjadi bisa menjadi bahan renungan, apakah ini kebetulan semata?
Kadang kala kekuatan pikiran dibawah sadar kita bisa mengarahkan apa yang kita ingini tentunya bila kondisinya mendukung untuk terjadi.
Sebagai contoh mungkin banyak pengalaman dalam kehidupan kita bersama dalam keseharian. Misalkan kita ingin berjumpa dengan seseorang dan ternyata orang tersebut datang menjumpai kita yang tadinya sudah lama tidak berjumpa.Apakah ini kebetulan semata?
Dalam acara The Master di RCTI, banyak terlihat bahwa kekuatan dalam diri yang dilatih untuk melakukan yang luar biasa . Sesuatu yang bila dilakukan oleh orang awan kita mengatakan suatu kebetulan - kebetulan semata, yang tentunya pelaku awan itupun mengatakan itu kebetulan karena tidak bisa konsisten untuk melakukannya/ untuk diulang karena memang tidak terlatih untuk melakukannya. Yang mana pada peristiwa itu terjadi telah melakukan proses yang benar untuk melakukan peristiwa tersebut hanya mungkin tidak disadari sehingga tidak bisa diulangi tentunya.
Dalam bidang keilmuan banyak peristiwa yang disebut oleh orang awan dengan kata kebetulan, yang sebenarnya proses penemuannya boleh kita sebut "kebetulan" tetapi sebenarnya prosesnya sudah merupakan hukum alam yang sudah ada. Dimana kita menemukannya, baik secara sistematis, maupun menemukannya effek samping dari peristiwa yang kita geluti.
Yang ingin ditekankan sebenarnya disini, bagaimana suatu peristiwa tidak kita anggap kebetulan semata sebenarnya suatu proses yang bukan kebetulan semata mata agar bisa mengambil hikmah dan bermanfaat dalam kehidupan kita sehari hari.
Dalam kehidupan sehari hari banyak kita mengatakan itu hanya kebetulan baik dalam hal yang kita anggap baik maupun buruk.
Apabila orang baik terhadap kita, tentunya karena kita melakukan sesuatu yang baik terhadap orang tersebut demikian pula sebaliknya bila bersifat tidak baik. Hanya kita biasanya hanya terfokus pada waktu peristiwa itu terjadi, terutama bila hal buruk dialami oleh kita. Tidak melihat kebelakang apa yang kita lakukan sebelumnya hingga selalu mengatakan itu kebetulan ( Keberuntungan atau Apes semata).
Mungkin persoalannya bagaimana apabila kita telah berbuat baik tapi diterima atau disambut dengan tidak baik? (Kalau hal buruk dibalas buruk sudah tidak perlu di pertanyakan tentunya).
Salah satunya, memang karakteristik dari orang tersebut dan mungkin dalam kondisi yang memang tidak memerlukan hal baik dari kita saat itu. Dimana pada saat "kritis" pasti akan menerima hal baik yang kita tawarkan.(pada prinsipnya semua manusia baik sepanjang bisa mengkontrol egonya). Bisa juga melihat sesuatu selalu ditekankan sebagai ancaman sehingga timbul kecurigaan melihat sifat baik yang di tawarkan. Mencermikan sifat kurang percaya diri dan tidak biasa bersinergi dengan potensi yang ada pada orang lain. Dan ada saatnya ego manusia labil hingga ingin merasa super dari orang-orang disekelilingnya sehingga tidak boleh tersinggung atau merasa dibawah lawan bicaranya. Kalau bidang pekerjaan anda seorang pemasar atau yang berhubungan dengan orang secara langsung, sering mendapat respon yang tiba-tiba kurang menyenangkan walaupun anda telah berusaha menjaga sikap yang baik dari awal pertemuan.
Hal ini tentunya sering terjadi dan tidak kebetulan semata. Yang diperlukan hanya memberikan sedikit empati apa yang mereka butuhkan dan selesai masalahnya dengan sendirinya.
Yang mana sudah tentu kita harus bercermin diri terhadap diri kita sendiri apabila kita sudah benar dan sifat baik yang kita tawarkan apa benar- benar tulus (membantu mencarikan masalah, bukan sekedar untuk kepentingan kita semata, terutama untuk pemasar yang dari awal pointnya hanya menekankan untuk menjual tentunya tidak menyenangkan bagi calon pembeli.) dan label orang terhadap diri kita atas aktivitas-aktivitas yang kita lakukan tentunya termaksud tim kita apabila kita bergabung dalam sebuah tim ,aktivitas sebelumnya memang dirasa baik dan dapat dipercaya.(kebaikan/kesalahan kolektif)
Untuk menerangkan bukan kebetulan semata dapat diambil contoh-contoh lain dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya mungkin kita sukar untuk menjawabnya.
Yang diperlukan evaluasi kedalam diri sendiri baik untuk keberhasilan maupun kegagalan serta tentunya lingkungan yang mempengaruhi kita karena kita sebagian dari lingkungan kita tersebut. Untuk itu mari kita mencoba memberikan yang terbaik bagi diri kita serta lingkungan kita dengan asumsi tidak ada kebetulan semata.
Untuk bahan telaah lebih jauh adalah "Hukum Sebab Akibat" yang mana untuk agama merupakan salah satu inti ajaran."Siapa Menabur,Siapa Menuai". Untuk membahas lebih jauh sehingga hukum sebab akibat dapat dimengerti sesuai sudut pandang agama ,tentunya saya tidak berkompeten dalam ini. :-)))))
Dalam tidak adanya kebetulan semata atau adanya kebetulan semata,boleh setuju dan boleh tidak, yang penting bisa bermanfaat bagi kita semua apapun yang kita yakini.:-)
Apabila kita sering mengatakan suatu prestasi yang baik kita capai dengan kebetulan semata (biasanya untuk merendah), sebenarnya kita tidak menghargai sifat sifat baik yang selama ini kita telah lakukan untuk mendukung keberhasilan tersebut atau kita tidak menyadari sikap sikap baik yang benar yang memdukung kondisi itu terjadi. Tentunya ini akan menghambat kemajuan yang lebih baik/perbaikkan dan sekaligus tidak memotivasi orang disekelilingi kita untuk lebih baik.Melihat bukan dari proses untuk diteladani tapi hanya kebetulan semata.
Sebaliknya bila sesuatu yang tidak baik dianggap juga kebetulan semata, menghambat diri untuk evaluasi atas diri sendiri dan memotivasi orang -orang sekitar kita untuk menyalahkan keadaan yang menyebabkan hal itu terjadi.
Kita ini bukan milik kita sendiri tetapi sebagian merupakan milik komunitas kita berada terutama orang-orang terdekat sekitar kita.
Karena disadari maupun tidak disadari kita bisa membantu atau menghambat orang-orang sekitar kita dengan porsi yang relatif untuk lebih baik keadaannya atau pula sebaliknya.
Apabila kita dapat bertemu dalam suatu komunitas, apakah kebetulan semata? :-) Jawabannya ada pada yang SATU itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar