Kamis, 28 Mei 2009

Debat



Apabila kita mendengar kata perdebatan, umumnya dibenak kita akan terbayang dimana pihak-pihak yang terlibat pada perdebatan akan bersikap emosional. Tentu saja hal ini apa yang terbayang dibenak kita ini merupakan hal wajar. Dibilang wajar karena apa apa yang sering lihat yah memang begitu adanya.
:-)

Tentu saja ada debat yang menarik dan menunjukan kelas yang istimewa, seperti pertunjukan musik yah konser bukan pertunjukan musik yang biasa-biasa saja, apalagi musik jalanan.:-)))

Dan memang sangat sukar dan diperlukan disiplin yang sangat tinggi untuk meredam emosi dan tidak terpancing oleh pihak lawan berdebat.

Yang menarik kala kedua pihak yang berdebat hanya memikirkan bagaimana memenangkan perdebatan alias debat kusir yang tidak ada ujungnya.

Memang bukan hal yang salah kalau kita bersikeras mempertahankan pendapat, ide atau prinsip yang kita anggap benar terutama apabila memang diperlukan suatu konklusi.

Tentunya bila tidak ada kepentingan yang jelas tidak perlu berdebat berkepanjangan masing masing menjalankan prinsipnya dan saling menghormati, hanya sayangnya bila kedua pihak yang terlibat debat mulai terlibat dengan egonya debat semakin jauh dan tidak akan ada akhirnya.


Yang menarik debat sering dipertontonkan seperti saat ini, pemilu capres dan cawapres. Tentu hal ini menarik sehingga paling tidak kita bisa menilai pihak pihak yang terlibat dan menilai perdebatan apa yang disuguhkan. Yang paling menarik lagi apabila debat tidak diwakilkan tapi secara langsung, sehingga kita bisa menilai para kandidat secara langsung dan untuk selanjutnya mengamati apa yang diucapkan dengan perbuatannya apabila para beliau memenangkan pemilu.


Dalam kenyataannya sehari hari banyak orang berdebat, hanya untuk memenangkan perdebatan dan menutupi kelemahannya. Hal ini tentu saja tidak bermasalah selama masih dalam batas yang wajar, yang jadi masalah bila diatas kewajaran. Sehingga memenangkan perdebatan sekaligus menunjukkan kelemahannya sehingga tidak mendapatkan simpati atau penghargaan dari yang menyaksikan perdebatan.


Jangan sampai kita berprinsip yang penting memenangkan perdebatan, walaupun kita orang yang diajak berdebat atau yang menyaksikan sebenarnya kita ngawur. Justru pihak yang kalah atau biasanya mengalah bila menemui tipe ini (karena tahu ujungnya tidak akan beres) akan menang dalam arti sebenarnya dan menarik simpati sehingga dapat memperluas jaringan (networking).


Yang berprinsip yang penting menang dengan cara apapun kalau perlu ngawur, umumnya bangga atas menipu diri sendiri dan bersikap dengan gagah sehabis memenangkan perdebatan sehingga lalai untuk mengoreksi/mengevalausi diri untuk kemajuan.


Jangan sampai diibaratkan kita menjual suatu produk dan bangga atas produk tersebut atau mengklaim bahwa produknya no.1 terbaik tetapi pasar tidak merespon untuk memilikinya alias tidak ada yang membeli.


Kembali seperti perumpamaan musik diatas, sebuah perdebatan yang baik tidak mesti suatu konser atau melibatkan orang banyak. Dengan alat musik sederhana dan pihak yang dimainkan dengan baik dan dihayati bagaimana memainkan suatu musik yang baik akan terasa indah dan penuh makna bagi yang mendengarkan dan respek kepada yang memainkan alat musik tersebut.


Semoga kita mendapatkan suguhan debat yang menarik dalam kehidupan sehari hari paling tidak berusaha menjadi pemain yang baik.


Bila kita tidak bisa menjadi pemain yang baik, alangkah baiknya berdebat dengan diri kita sendiri sampai kita bisa merasakan musik yang indah yang diciptakan oleh kita sendiri dan selanjutnya pantas dipertunjukan terhadap orang lain sebagai suguhan yang menarik dan penuh makna.


Menikmati dan bersyukur

Dalam kita menikmati sesuatu kita jarang berpikir siapa saja yang berperan sehingga kita bisa menikmati kenikmatan yang sedang kita nikmati.
Wong kita sedang meresapi kenikmatan bagaimana bisa berpikir siapa yang berperan?:-)))
Apalagi kalau kenikmatan itu didapati dengan imbalan alias membayar biasanya tidak pernah terpikirkan baik pada saat menikmati maupun setelah selesai menikmatinya.

Bila kita melihat pohon yang rindang mungkin tak pernah terpikirkan siapa yang menanamnya dan berapa lama dari ditanam hingga kita bisa menikmati keteduhan dari kerindangan pohon tersebut.
Banyaki hal dalam kehidupan sehari -hari bila kita mau renungi dimana kenikmatan yang kita nikmati berasal dari perjuangan atau karya, jasa dari orang orang terdahulu. Kalau kita berpikir skeptis akan mengatakan: " ah itu sih biasa, orang itu juga khan mendapatkan imbalan baik materi atau nama"
Hal itu mungkin benar tetapi tidak semua orang berorientasi kesana tetapi lebih kepada idealisme yang ada pada dirinya, yang mana pahala yang dia dapat konskwensi logis dari karya yang dihasilkan.

Hasil karya-karya besar kalau hanya berorientasi pada materi mungkin akan gagal karena banyak cara berkarya yang lebih mudah dalam menghasilkan materi. Demikian juga untuk sebuah nama, terlalu banyak yang dikorbankan dimana tingkat keberhasilannya sangat kecil awalnya.
Mengapa kita harus merenung pengorbanan dari orang-orang terdahulu dan menghargai kerja keras mereka? Dengan bisa menghargai mereka kita bisa bersyukur dan memberi motivasi bagi diri kita untuk dapat memberikan arti bagi lingkungan dimana kita berada.



Dan tidak menjadi takabur apabila meraih kesuksesan, karena kesuksesan yang diraih karena berdiri di pundak para raksasa - raksasa pendahulu sehingga bisa tercapai kesuksesan saat ini.

Di kehidupan sehari hari kita sering lihat kalau jalan aspal berlubang besar diberi tanda agar pengguna jalan terperosok kedalam lubang. Dan si pemberi tanda kita tidak tahu siapa dan tidak memunggut biaya untuk itu dan tidak mendapatkan nama atas tindakannya. Coba kalau yang terperosok sanak kerabat kita?
Kadang uang tidak bisa membeli segalanya, misalnya untuk penyakit yang belum ada obatnya. Mungkin dijaman berikutnya akan ada penemuan dan ada solusinya untuk itu. Semua itu bisa terjadi karena ada orang-orang dengan idealisme yang kuat untuk mengatasi masalah tersebut.


Dalam menikmati harus ditekankan rasa bersyukur, yang utama tentunya buat kepentingan batiniah sendiri dan tentunya juga secara nyata dapat bersikap dan bertindak yang dapat memberikan sesuatu yang sangat berarti bagi sesama atau paling tidak mendukung, memotivasi orang untuk lebih maju dan tidak membebani komunitas dimana kita berada.

Pada akhirnya merenung pada orang-orang telah berjasa kehidupan kita saat ini akan sampai pada sang Pencipta.

Bagaimana kita mensyukuri nikmat yang telah diberikan dan bagaimana pertanggung jawaban kita atas nikmat yang telah kita peroleh. Apakah kita hanya sebagai penikmat dan tidak pernah memberikan kenikmatan kepada sesama atau malah menghambat orang untuk berbuat yang lebih baik atau mendorong kearah yang batil. Pilihan semua ditangan kita?

Dengan kita bisa mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan tentunya hal-hal negatif semakin bisa terhapuskan dan akan mendorong diri kita ataupun memotivasi pada sesama kearah yang lebih baik.


Senin, 11 Mei 2009

Tertipu

Apakah anda pernah merasa tertipu?
Semua dari kita tentunya pernah merasa atau benar-benar tertipu.:-))


Bila orang lain mengatakan bahwa dirinya tertipu pada kita, biasanya kita bisa beragumen dengan dalil -dalil yang seharusnya orang itu lakukan. Biasanya argumen-argumen tersebut hanya melihat keluar diarahkan pada sipenipu, jarang kita melihat kedalam kearah diri sendiri sampai kita bisa tertipu.

Penipuan pada intinya memanfaatkan sifat2 kodrati yang ada pada manusia , dimana penipuan dengan cara yang sama bisa terulang pada orang-orang yang telah mendengar cara penipuan tetapi dikemas dengan bentuk baru memanfaatkan sifat kodrati yang beragam pada manusia.

Yang pertama tentunya memanfaatkan ketidak tahuan, hal ini tentunya mudah dipahami.

Seperti contohnya kejahatan penipuan dengan iming-iming hadiah dan si korban diminta memberikan data no kartu ATM berserta pin. Sikorban tidak tahu begitu dia memberikan no Kartu ATM, si penipu sudah siap didepan komputer dengan memanfaatkan fasilitas e-banking lalu sambil mengarahkan korban memberikan no pin yang mana dalam sekejab merubah no pin dan sipenipu menguras tabungan sikorban.

Selain ketidak tahuan tentunya disinipun melibatkan keserakahan yang ada pada diri kita tentunya. Sehingga mudah tergiur dengan jumlah hadiah yang besar sehingga kita tidak menjadi hati hati, tidak hati-hati tentunya sudah kodrati manusia juga walaupun orang tersebut termasuk orang yang hati -hati kadang pada suatu kondisi bisa pada kondisi berhati-hati seperti karena kelelahan atau dalam kondisi waktu yang terburu-buru. Sipenipu tentunya memanfaatkan kondisi ini atau malah kadang mengkondisikan korban pada keadaan ini.

Mempercayai orang dari kulit luarnya, tentunya sering terjadi bila memberikan pinjaman dengan melihat penampilan luarnya yang aduhai ternyata semua pinjaman ataupun dengan maksud hanya untuk menipu supaya terlihat bonafid secara penampilan.

Rasa sungkan, biasanya untuk orang timur cukup tinggi sehingga tidak mudah menolak ataupun menanyakan informasi-informasi tambahan yang sebenarnya diperlukan.

Kemalasan, kemalasan biasanya membuat kita tertipu dikarenakan tidak memeriksa atau mencari informasi yang sebenarnya diperlukan.

Menganggap remeh masalah dan gampang percaya, ini sering terjadi misalnya pada pembuatan polis asuransi dimana hanya diminta menandatangani selanjutnya diisi oleh si sales tanpa membaca isi perjanjiannya. Termasuk kasus Antoboga banyak para nasabah mereka melakukan hal itu, hanya tanda tangan tanpa membacanya apalagi mempelajarinya.
Menipu dengan memanfaatkan rasa kasihan atau niat baik untuk menolong, seperti baru baru ini dengan modus meninggalkan dengan sengaja berkas-berkas surat penting seperti SIUP, cek yang bernilai tinggi, sertifikat atau surat surat berharga lain ditempat umum. Yang tentunya semuanya palsu dimana sipenemu akan menghubungi no.HP yang sengaja dicantumkan kemudian mereka menjanjikan hadiah dengan modus operandi lama menipu melalui ATM dengan meminta kode PIN.

Tentunya lebih banyak lagi contoh-contohuntuk kita urun rembug alias sharing kenapa atau bagaimana kita bisa tertipu.

Yang jadi masalah bila kita berhadapan dengan orang berprofesi penipu dan bekerja secara profesional sedangkan kita sesuai dengan profesi masing -masing tidak fokus dengan keahlian menipu?

Mungkin yang paling sederhana untuk memutuskan sesuatu yang bernilai jangan terburu buru, menyelidiki kredibilitasnya atau informasi yang diperlukan atau berkonsultasi dengan kawan mungkin lebih bisa jernih karena tidak terlalu terlibat secara emosional

Bagaimana kalau kita telah melakukan yang terbaik dan tetap tetap saja tertipu? :-)
Yah gampangannya saja kita akui saja bahwa kita kalah pintar dari sipenipu dan mengambil hikmah dari pelajaran tersebut, mengakui kelemahan kelemahan yang ada pada diri kita dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri kita. Pengalaman tertipu bisa merupakan "harta berharga" apabila bisa menjadi landasan untuk menjadikan kita lebih maju untuk selanjutnya. Asalkan jangan terjebak dimana kita mempelajari bagaimana kita jangan tertipu akhirnya beralih profesi jadi penipu.

Pada akhirnya menjadi penipu tetap tidak akan membuat bahagia dan umumnya akan selalu berprofesi sebagai penipu dikarenakan sudah terjebak pada keahlian yang dimilikinya dan malas untuk beralih memulai profesi yang baru dan benar. Oleh karena itu jangan memulai belajar kecil kecilan jadi penipu yang akhirnya keenakan akan menuntun bawah sadar kita untuk melakukan lebih lanjut dan besar menipunya dan tentunya juga mematikan potensi baik yang ada pada diri kita masing masing. Tentunya kita lebih menghargai keberhasilan seseorang dari jalan yang benar dibandingkan dengan keberhasilan seseorang dengan cara menipu, tentu saja sipenipu yang berhasilpun mengakui hal ini.


Umumnya tentu orang mengatakan lebih baik tertipu daripada menipu; yang baik tentunya lebih baik tidak tertipu dan jangan menipu.

Yang repotnya kadang kita suka ditipu dan menipu diri kita sendiri, dan ini dimanfaatkan oleh sipenipu dengan memanipulasi impian yang kita ingini.:-(

Jumat, 08 Mei 2009

Menjual

Apakah kita melakukan penjualan?
Tentunya hampir semua dari kita yang tidak berprofesi sebagai tenaga penjual atau pemasaran akan mengatakan tidak melakukan kegiatan menjual.


Memang bila kita melihat penjualan secara pintas dengan assumsi bahwa menjual itu adanya barang yang dipasarkan atau kita lebih luas melihat menjual dalam bentuk jasa dalam arti kata adanya produk dari jasa yang dipasarkan. Untuk diperlukan keahlian dalam menjual atau selling skill dan pengetahuan tentang produk (product knowledge) tentunya saja informasi yang mendukung seperti Data bank konsumen , Data kompetitor dan data lingkungan yang mempengaruhi pemasaran.


Dan bila kita melihat kegiatan menjual jauh lebih luas, maka akan terlihat bahwa semua dari kita melakukan kegiatan menjual walaupun kita tidak berprofesi sebagai pemasar.

Misal, apabila kita mengajukan suatu ide atau gagasan kemungkinan besar akan tidak akan diterima oleh pihak lain apabila tidak mempunyai kemampuan menjual ide tersebut. Tentu saja apabila sipenerima ide yang diusulkan dalam keadaan jernih dan memiliki kemampuan yang cukup luarbiasa dalam menangkap inti permasalahan dari ide yang diajukkan akan tidak terlalu terpengaruh oleh teknik menjual. Hal ini tentunya merupakan kekecualian, tetapi tentunya akan mengurangi sejumlah kemungkinan keberhasilan orang tersebut dalam jumlah bertransaksi dalam melakukan penjualan.

Dalam kehidupan praktis sehari hari misalnya mengajak teman bergabung,menemani untuk pergi ke suatu tempat untuk acara tertentu yang mungkin bukan kegemaran teman yang kita ajak untuk menemai diperlukan teknik menjual menjual. Banyak contoh contoh lain yang bisa kita renungkan masing -masing dalam kehidupan sehari hari dan tentunya bukan sesuatu yang baru bagi sebagian dari kita.

Pertanyaannya mungkinkah kita membeli sesuatu dari orang yang menjual sesuatu pada kita tetapi kita tidak menyukainya? Atau terkenal mempunyai reputasi dan kredibilitas yang tidak baik? Atau memakai jasa orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak mempunyai komitmen dan tanggungjawab?

Tentu saja hampir bisa dipastikan jawabannya tidak , kita ingin membeli sesuatu produk atau jasa dari orang yang kita bisa percaya, paling tidak mendapatkan nilai tukar sesuai dengan nilai yang harus dikeluarkan. Atau dengan kata lain sipemasar ikut dinilai atau dijual selain produk atau jasa yang dijual. Karena sipemasar harus memiliki kemampuan menjual dirinya sendiri (Personnel Selling), oleh karena itu diperlukan pengenalan diri sendiri yang dianalogkan dengan produk (product knowledge) adalah dirinya sendiri sebagai produk.
Tentu saja hal ini juga bukan merupakan hal yang baru bagi sebagian dari kita, hanya perlu ditekankan kembali disini adanya hubungan antara kualitas yang baik pada diri kita dan produk yang hendak dijual dan persaingan yang ada dan tentunya lingkungan yang ada yang mempengaruhi bisnis tersebut mendukung untuk itu, dan tentu saja strategi dan sistim dan sumber daya yang ada secara keseluruhan mendukung untuk menghasilkan keberhasilan yang optimal.
Untuk perusahaan, selain kwalitas produk yang ditekankan dan kwalitas pemasar yang handal, tentunya harus diingat bahwa semua yang terlibat harus memberikan nilai tambah yang dapat meningkatkan penjualan sesuai dengan perannya masing-masing serta mempunyai kepribadian dan kemampuan menjual diri (personnel selling) dalam melakukan aktivitas kesehariannya yang dapat meningkatan reputasi perusahaan yang akhirnya memenangi persaingan dalam dunia bisnis.
Yang perlu diingatkan dalam menjual produk ataukah personell selling, biasanya kita terjebak oleh kepentingan sesaat bagaimana caranya yang penting bisa menjual walaupun mungkin dengan cara cara yang kurang bisa dipertanggung jawabkan. Seperti produk atau kemampuan yang jauh sekali dari apa yang dijanjikan dalam kita menjual, hal ini tentunya akan merugikan reputasi dalam jangka panjang.
Untuk penjualan produk atau jasa diperlukan pelayanan purna jual begitu juga untuk personnel selling dimana pelayanan purna jual merupakan bentuk komunikasi dengan pembeli produk atau pemakai jasa kita.
Kepuasan kita menjual tentunya harus memberi kepuasaan bagi si pembeli, untuk itu diperlukan umpan balik dari si konsumen untuk dapat meningkatkan kemampuan. Tentunya akan lebih baik menjaga hubungan baik dengan konsumen yang ada dan ditingkatkan menjadi kustomer/langganan, yang mana para pemasar atau penjual jasa umumnya sering terjebak pada kepentingan sesaat dan selalu mencari konsumen baru.
Yang tentunya harus disadari kustomer merupakan iklan yang baik melalui mulut ke mulut (word of mouth) dan yang terpenting tentunya tidak memerlukan biaya.:-)))
Begitu juga dalam melakukan personnel selling baik dalam dunia usaha maupun kehidupan sehari hari kita harus hati hati dan harus didukung dengan kemampuan yang tidak terlalu jauh dengan dengan pencitraan/imaging yang kita lakukan. Mengobati hati konsumen yang kecewa memerlukan usaha yang tidak mudah dan cukup menguras usaha yang besar dan hasilnya belum pasti berhasil.
Yang perlu kita sadari kita mempunyai kustomer internal selain kustomer eksternal, untuk kita yang tidak termasuk tenaga pemasaran tentunya kustomer internal kita semua pihak yang terkait dengan hasil karya kita atau pemakai hasil kerja kita dalam proses selanjutnya atau rekan sekerja dalam satu tim.
Selamat menjual dan salam sukses.:-)

Senin, 04 Mei 2009

Demokrasi, sudah siapkah kita?




Kalau kita mendengar kata demokrasi yang terbayang dikepala kita pasti sesuatu yang baik.
Memang demokrasi sesuatu yang baik, tetapi perlu diingat sesuatu yang baik mempunyai kelemahan dan kesiapan kondisinya untuk mendukung.

Saat ini negeri kita akan mengadakan pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden, dimana para pemilih dapat memilih langsung pilihannya bukan diwakili oleh wakil-wakil rakyat di parlemen.
Karena pemilihan secara langsung tidak diwakili, maka setiap suara berarti. Seperti umumnya segmentasi yang terjadi pada alam bersifat piramida, dimana masyarakat yang mengerti makin mengerucut. Sehingga suara terbanyak lebih diwakili oleh masyarakat kebanyakan dan tentunya menjadi target untuk mengumpulkan suara terbanyak.Koalisi yang terbentukpun salah satunya memperhitungkan jumlah suara yang terkumpul pada pemilihan parlemen dengan harapan bisa diandalkan sesuai skenario.

Sayangnya sebagian masyarakat di bagian bawah di piramida mungkin tidak terlalu memperhatikan atau mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengevaluasi sepak terjang (track record) dari para calon.
Sehingga kalau demokrasi berjalan sesuai yang diharapkan memberikan hasil yang baik diperlukan persyaratan dan kondisi minimun dari para pelaku demokrasi terutama pemilih.

Jika masyarakat sebagian besar belum siap mungkin istilah demokrasi terpimpin diperlukan yaitu dengan mempertimbangankan suara yang dipimpin dan hak veto
dari yang memimpin atau mempergunakan perwakilan di parlemen . Sayangnya hal ini mudah disalah gunakan, hanya demokrasi langsungpun bisa disalah gunakan bila hanya memikirkan bagaimana mendapatkan kekuasaan dari masyarakat yang belum memenuhi persyaratan minimun untuk berdemokrasi. Sehingga ada kemungkinan hasil yang didapat mungkin masih jauh dari yang diharapkan atau semestinya.

Bila pilihan kita dan sudah merasa cukup dengan melakukan demokrasi langsung, diperlukan informasi dan proses pembelajaran kepada masyarakat yang luas terutama dilakukan atau peran aktif masyarakat menengah. Dalam hal ini diperlukan dan diharapkan masyarakat bagian tengah piramida dalam arti kata masyarakat yang lebih mengerti berperan aktif memberikan informasi yang benar dan tidak memihak kepada masyarakat luas. Tentunya hal inipun sangat tergantung kepada niat baik semua terutama golongan menengah tentunya dalam memberikan informasi dan proses pembelajaran dalam mensukseskan berdemokrasi yang baik dan benar. Demokrasi bisa berjalan dengan baik dimana masyarakat telah mempunyaagi kemampuan untuk memilih dengan rasa tanggung jawab.

Demikian pula untuk skala organisasi, demokrasi tetap memerlukan syarat minimum dimana para pelaku telah memenuhi syarat dalam arti kata pengetahuan dan rasa tanggung jawab. Pemilihan secara pemunggutan suara atau voting mempunyai kelemahan apabila suara terbanyak tidak mempunyai kapabilitas dan rasa tanggung jawab apalagi kalau sampai mementingkan kepentingan golongannya atau golongan terbanyak yang umumnya mengunakan nama kebersamaan yang sebenarnya menghindar dari rasa tanggung jawab atau agar kepentingannya tercapai dan mengabaikan tujuan utama yang sebenarnya.
Dan voting ini juga dapat menjadi kendala bagi ide ide baru atau inovasi karena secara umum inovasi dan ide baru didukung oleh golongan yang lebih kecil yang mempunyai pemikiran lebih jauh kedepan dari zamannya, lagi pula umumnya golongan yang lebih banyak yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan lama mempunyai sifat ingin dengan yang sudah ada tidak menghendaki perubahan. (resistance to change).
Oleh karena itu demokrasi perlu diterapkan secara benar walaupun demokrasi pada prinsipnya baik bila kondisinya mendukung.
Untuk saat ini demokrasi pemilihan langsung presiden dan calon presiden, apakah masyarakat kita sudah siap sehingga didapatkan hasil yang terbaik?
Jawabannya tentu saja harus siap karena sudah diputuskan demikian dan memang harus dimulai proses pembelajaran berdemokrasi yang tentunya diharapkan untuk kedepannya semakin memberikan hasil yang baik.
Dimana semua itu menjadi tanggung jawab kita semua sesuai peran masing -masing dan porsinya ,tentu saja yang paling utama, ...............niat baik.:-)


Jumat, 01 Mei 2009

Sistim dan Kesetimbangan

Kata sistim sudah umum kita dengar bersama, hanya mungkin kita kurang menyadari gunanya sistim dan bagaimana sistim mempengaruhi kita baik yang berdasarkan dari alam (given) termasuk sistim yang ada di tubuh kita maupun sistim yang diciptakan oleh manusia agar semuanya berjalan dengan baik, atau pula agar tidak berjalan baik tapi berjalan baik atau memberi keuntungan hanya bagi si pembuat sistim.:-)
Bagaimanakah sistim yang baik? Tentunya sistim yang baik adalah tergantung daripada tujuan pembuat sistim
apakah sistim bisa berjalan mulus dan mencapai tujuan ketika di aplikasikan dan sistim tersebut bersifat dinamis sehingga bisa memperbaiki dirinya sendiri sehingga bisa beradaptasi terhadap tantangan yang dihadapi. Tentu saja secara moril harus memberikan manfaat yang baik sesuai nilai - nilai luhur yang berlaku bagi komunitasnya.
Dalam membuat sistim, sudah tentu seperti biasanya pertama harus jelas dahulu tujuan yang hendak dicapai. Tentunya yang utama bisa beradaptasi atau diaplikasikan dan memberikan manfaat yang optimal kalau secara perusahaan tentunya sistim tersebut harus bisa berkompetisi dalam industrinya.
Karena harus bisa berkompetisi harus melihat keluar(eksternal) sumberdaya apa yang diperlukan untuk sistim dan sistim apa yang digunakan agar bisa berkompetisi, tentunya dengan sesuai dengan target dan posisi yang hendak dicapai disesuaikan dengan sumberdaya internal yang ada, apa masih sesuai dengan yang diharapkan.
Suatu sistim akan bergerak dinamis menyesuaikan dengan perkembangan yang dihadapi, dimana sistim akan membentuk kesetimbangan dan dimana bila kesetimbangan itu terganggu baik dari faktor eksternal bersifat reaktif maupun sengaja dibuat secara internal bersifat aktif atau proaktif agar lebih baik atau unggul pada persaingannnya akan terbentuk kesetimbangan kesetimbangan baru dimana sistim berubah dengan kesetimbangan yang baru tersebut.
Yang perlu ditekankan sistim harus menyesuaikan dengan hukum-hukum alam yang ada. Misal sistim pemasaran harus menyesuaikan dengan perilaku konsumen sebagai kontrol hukum alam, sistim organisasi harus menyesuaikan dengan kecenderungan kebutuhan pasar yang menginginkan fleksibilitas dan informasi yang cepat dan jelas.
Sistim yang baik akan bersifat dinamis dan akan selalu menyesuaikan dengan kesetimbangan-kesetimbangan yang ada. Apabila sistim tidak berjalan dengan baik akan terjadi kekacauan dan tidak bisa menyesuaikan dengan kesetimbangan baru yang diperlukan agar bisa berkompetisi pada kelasnya dan ada kemungkinan akan turun pada posisi persaingan sesuai dengan kontrol alam yang ada.
Sistim yang tidak baik akan membentuk kesetimbangan -kesetimbangan baru yang mengarah pada ketidak baikkan performa sistim bila tidak diperbaiki dan hukum alam akan memperkuat penghargaan atau penilaian terhadap sistim yang ada.
Bila tidak segera diperbaiki secara tidak disadari para pelaku dalam sistim, baik yang tidak mengambil keuntungan dari sisim yang tidak baik akan terhanyut pada kebingungan dan mengarah pada kecenderungan membentuk kesetimbangan yang menurun secara performa sedangkan yang selalu mengambil keuntungan dari sesuatu yang tidak baik tidak usah dikupas lebih lanjut memang sudah demikian, tidak pernah perduli karena hanya bersifat parasit.
Membuat dan memperbaiki sistim memang bukan hal yang mudah, tetapi harus dikarenakan adanya kontrol dari hukum alam yang tidak bisa diajak kompromi dan bersifat tegas tanpa punya kepentingan. Hanya memang sudah menjadi sifat dasar manusia kebanyakan yang bersifat reaktif, menunggu dampak buruk menimpa dari pada bersifat aktif memperbaiki yang tidak membuat sistim tidak berjalan semestinya atau bersifat antisipasi yaitu proaktif.
Pilihan tentunya di tangan para pelaku, apa menjadi orang kebanyakan atau sebaliknya? Tentunya modal yang ditanam sesuai dengan apa yang didapatkan.