Jumat, 19 Juni 2009

Selaras



Selaras,dapat diartikan kesesuaian yang dapat memberikan suatu keindahan, harmoni, dan dapat memberikan inspirasi atau keteladanan.
Keselarasan ini dapat merupakan sesuatu berdasarkan ukuran standar yang sudah ada/berlaku di masyarakat ataupun sesuatu yang baru tetapi memberikan nilai-nilai baru yang dirasakan masyarakat secara umum sebagai keselarasan, bisa juga tentunya hanya dapat dinikmati oleh sebagian masyarakat yang memang menguasai bidangnya.

Seperti selaras antara kata dan perbuatan, ini merupakan standar umum dan hampir semua masyarakat dapat menilai dan menyetujuinya. Selaras antara kata dan perbuatan merupakan hal yang tidak mudah karena sifat kodrati manusia sendiri yang sering lalai dan tidak sempurna.

Dalam hal selaras kata dan perbuatan, paling tidak berusaha dilakukan dan dapat dinilai oleh komunitas dimana kita berada, kita masih dinilai pantas untuk dikatakan konsisten dan bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan dan tentunya akan lebih baik lagi bertanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan.

Untuk bersosialisasi dalam masyarakat atau komunitas kita berada, hendaknya tingkah laku kita memberikan keselarasan, yang tentunya menciptakan keharmonian dan akan lebih baik lagi memberikan motivasi dengan keteladanan, syukur - syukur memberikan inspirasi yang baik pada komunitasnya sehingga memberi bekas mendalam yang selalu memberikan motivasi.

Kalau ini bisa dilakukan dapat dikatakan anda telah mampu memimpin diri sendiri sehingga layak untuk memimpin komunitas dalam komunitas anda berada apabila diperlukan. Tentunya masih banyak faktor pendukung yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin tetapi paling tidak ada keselarasan dan akan lebih baik dapat m inspirasi dan keteladanan bagi yang dipimpin.

Faktor yang disebut diataslah salah satunya yang membedakan antara politikus dan negarawan.Dimana kampanye untuk meraih kekuasaan sebenarnya tidak terlalu effektif apa bila kita dapat mengikuti sepak terjang sebelumnya dari pada para calon. Yang perlu diingat "politikus" ataupun "negarawan" selalu ada dalam kehidupan nyata sehari hari dalam setiap strata sosial bahkan dalam kehidupan bahkan dalam kehidupan berumah tangga.

Keselarasan masa lampau yang baik merupakan nilai jual, daripada selalu menjanjikan masa depan yang lebih baik, apalagi bila janjinya tidak pernah ditepati dan yang paling parah malah mengatakan tidak mengatakan janjinya dan mengatakan tidak tahu apabila akibat perbuatannya menimbulkan masalah.Tentunya bila menghasilkan yang baik akan diklaim haknya, jika "selaras" dalam melakukan karakter ini tentunya hasil akhirnya akan dapat dibayangkan. Chaos :-)))).

Sabtu, 13 Juni 2009

Kredibilitas


Untuk dunia perbankan atau lembaga pembiayaan sudah tidak asing lagi dengan istilah 5 C; Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition untuk menilai calon debitur. Pada prinsip dasarnya kreditur mengharapkan apa yang dipinjamkan kepada debitur dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dengan lain calon debitur mempunyai kredibilitas yang memenuhi syarat sehingga layak disetujui proposal pinjaman yang diajukan.

Kata kredibilitas sendiri berasal dari kata latin " Credo" yang berarti saya percaya pada anda.


Istilah 5 C ini dapat diterapkan juga dalam kehidupan sehari hari dari yang sangat sederhana sampai dengan tingkat kompleksitas yang tinggi.


Untuk yang paling sederhana bila seseorang meminta orang lain untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan dan berharap pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai yang diharapkan sehingga tujuan meminta bantuan tersebut mencapai sasaran. Sudah pasti orang tersebut dibawah sadarnya akan memilih orang yang mempunyai kredibilitas untuk melakukannya.

Demikian juga bila kita hendak mendelegasikan wewenang, bekerja sama/bermitra kita melakukan analisa 5C dan faktor lainnya sudah tentu untuk menilai kredibilitas, walaupun mungkin tidak secara sistimatis dikarenakan sebenarnya analog dengan kita "meminjamkan" sesuatu atau sumber daya, kepercayaan, mempertaruhkan jabatan, nama baik sehingga kita tidak mau bermitra dengan orang yang tidak punya kredibilitas mengembalikan "pinjaman" yang kita telah berikan.


5 C yang pertama Character (Karakter),orang yang mempunyai karakter yang buruk/ tidak mempunyai integritas adalah yang paling utama untuk dihindari. Karena karakter yang buruk ini menutupi 4 C yang mungkin baik penilaiannya, seperti misalnya karakter tidak bertanggung jawab dan sulit diminta pertanggung jawabannya.


Capacity (Kapasitas), kemampuan untuk menjalankan kepercayaan atau tugas yang harus diemban sehingga kita yakin "meminjamkan" sumberdaya yang ada pada kita. Misalnya bisa dilihat dari catatan sepak terjangnya (track record) dalam menjalankan tanggung jawab sejenis.


Capital(Modal), Modal disini selain modal uang atau asset bisa diartikan lebih luas seperti pengalaman atau jejaring, tim serta pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan.


Collateral (Kolateral/jaminan), biasanya sesuatu yang bisa disita sebagai sita jaminan apabila diperlukan biasanya dilakukan paling akhir. Dalam kasus memberikan delegasi/memberikan kepercayaan atau wewenang terutama untuk tingkat kepentingan dan resiko yang tinggi umumnya ada yang memberikan jaminan, rekomendasi atas kredibilitas si calon terutama bila sicalon belum mempunyai reputasi untuk tugas sejenis (new comer) atau jaminannya yah reputasi baik dari si calon sendiri sehingga dia akan berusaha menjaga reputasi baik yang telah diraihnya.


Condition (kondisi), kondisi lingkungan tentu harus diperhitungkan karena bila kondisinya tidak kondusif dan tingkat kegagalannya sangat tinggi sebaiknya tidak "meminjamkan" sehingga mungkin ditunda atau tidak didelegasikan tapi ditangani sendiri apabila tingkat keberhasilannya lebih tinggi.
5 C ini bisa dirangkum dalam satu kata Credibility(kredibilitas), atau mungkin lebih tepat perlu ditambahkan sebagai 6 C.
Selain 6 C mungkin perlu ditambahkan satu faktor C yang terakhir tetapi tidak kalah penting dengan C lainnya terutama dalam bermitra atau memberikan kepercayaan pada seseorang yaitu "Chemistry", terutama dalam mencari belahan jiwa:-) tetapi tidak perlu ditambahkan satu C lagi sehingga C yang kedelapan menjadi, CAPE DEH :-))))))

Rabu, 10 Juni 2009

Belajar dari masalah



Hampir semua dari kita selalu berusaha menghindar dari masalah, hanya sayangnya yang namanya masalah selalu ada.


Semakin tinggi tujuan yang hendak dicapai tentunya semakin banyak dan semakin komplek permasalahan yang harus di hadapi.


Masalah ada yang dapat di prediksi dan pemecahan masalahnya dapat diprediksi, ada masalah yang tidak dapat diprediksi dan pemecahannya pun mungkin tidak pernah terpikirkan untuk mengantisipasinya.



Umumnya masalah yang dapat diprediksi tidak menjadi masalah yang terlalu dikhawtirkan dan solusinya mungkin sudah berulang dilakukan dan mungkin ampuh untuk mengatasi persoalan sejenis.


Yang jadi masalah kadang kala kita harus melakukan sesuatu/langkah ataupun tanggung jawab yang mungkin kita tidak pernah bisa memprediksi jenis masalah apa yang akan kita hadapi sehingga solusinyapun tentunya tidak pernah terpikirkan.


Untuk menghadapi masalah seperti itu, tentunya kita belajar dari bagaimana kita menghadapi atau menyikapi dari masalah masalah umum sehingga kita mempunyai pola pikir dan kesiapan mental untuk menghadapinya. Yang kadangkala suatu solusi dari suatu masalah dapat di analogkan untuk memecahkan masalah lain yang mempunyai karakter dasar yang sama.


Yang harus kita tekankan bagaimana kita menghindari masalah yang bisa diprediksi dan menghadapi masalah yang kita tidak prediksi dan tidak terjebak hanya untuk mengatasi sympton masalah (gejala masalah) tidak mengatasi masalah utama yang jadi penyebab atau yang biasa digambarkan sebagai simptom pulau es (iceberg).


Untuk menejemen di bawah biasanya permasalahannya hampir dapat dikatakan tampak sehingga pemecahannya relatif tidak terlalu sulit.

Untuk menejemen tingkat menengah, permasalahannya sebagian tampak dan sebagian tidak tampak kepermukaan sehingga relatif lebih sulit solusinya.

Sedangkan untuk menejemen tingkat atas, permasalahan boleh dibilang kadang tidak tampak dan harus dipaparkan lebih lanjut atau lebih bersifat strategis.

Kadang kala mungkin sering keputusan atau solusi yang kita anggap baik ternyata ditolak atau tidak dijalankan oleh hirarkhi pengambil keputusan yang lebih atas. Tentunya kita harus coba memahami bagaimana cara pandang atau pertimbangan dibalik keputusan sehingga keputusan solusi itu yang diambil.


Dengan mempelajari karakter dan kondisi saat ini dan kondisi yang hendak dicapai dalam jangka panjang dari tujuan yang hendak kita capai baik sendiri maupun tujuan bersama, akan memudahkan kita mengambil keputusan dan tentunya keputusan itu dapat diterima oleh diri sendiri maupun komunitas kita.

Yang perlu diingat bagaimana kita mengatasi masalah utamanya jangan sampai terjebak mengatasi symptom masalah dari hari ke hari dimanapun posisi kita berada. Dan tentunya tidak terjebak oleh komitmen yang berlebihan (over commitment) biasanya disini ego mulai bermain walaupun dalam kenyataannya sudah jauh meleset dari apa yang kita perkirakan alias tidak jalan sesuai rencana sehingga perlu tindakan koreksi.

Bagaimana cara cara yang biasa kita lakukan dalam menghadapi masalah dan bagaimana kita mengatasinya akan menjadi kebiasaan dan kita cenderung terlatih dengan cara tersebut, oleh karena itu harus berhati hati agar kebiasaan itu membuat kita lebih termotivasi atau membawa kebaikan bagi kita maupun komunitas dimana kita berada.

Dengan adanya masalah kita bisa berlatih mengatasi solusi dengan adanya masalah dan tentunya jangan mengulang kesalahan sehingga timbul masalah yang sama. Yang tentunya akan lebih baik lagi bisa memprediksi masalah yang akan timbul dan melakukan antisipasi agar terhindar dari masalah.

Lebih baik kerja ekstra untuk mengantisipasi agar tidak timbul masalah dari pada kerja keras untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya dapat diantisipasi, yang mana pada sebagian orang lebih "menyukai" tidak memikirkan masalah yang akan timbul atau tidak mau sedikitpun memikirkannya atau mengganggap akan pernah ada masalah yang akan timbul yang sebenarnya dapat diprediksi atau meminimalkan masalah yang akan timbul, begitu masalah timbul baru kerja keras untuk mencari solusi sehingga biasanya mencari solusi dengan kebiasaanya yang biasa dilakukannya alias memecahkan masalah dengan menimbulkan dampak masalah baru yang lebih komplek dan...............tentunya masalahnya tidak selesai dan yang lebih parah apabila banyak pihak yang dirugikan yang sebenarnya bisa dihindari apabila dilakukan hal hal yang semestinya dilakukan.


Berlatih menghadapi masalah tentunya tidak perlu untuk mengulang ulang dengan masalah yang sama, apalagi jika tidak terjadi langkah langkah perbaikkan dalam menyelesaikan masalahnya.
Suatu masalah bagi bagi kita mungkin bukan menjadi masalah bagi yang lain atau karena terjebak rutinitas suatu masalah tidak terlihat sebagai masalah.
Untuk menuju yang lebih baik suatu yang tidak bermasalah mungkin akan jadi bermasalah di karenakan adanya target - target baru yang diciptakan sendiri untuk menjadi baik sehingga timbul solusi solusi baru terhadap permasalahan ataupun antisipasi antisipasi baru untuk mencegah timbulnya permasalahan.


Sesuatu yang dianggap sudah idealpun akan menghadapi masalah dikarenakan lingkungan yang akan selalu berubah.

Dalam mengatasi masalah diperlukan skala prioritas sesuai dengan kondisi yang diperlukan, sayangnya karena solusi umumnya tidak pada akar permasalahan dikarenakan biasanya kebutuhan yang sangat mendesak atau terdesak oleh waktu, sehingga kita terjebak oleh solusi sehari hari oleh permasalahan yang timbul pada permukaan bukan menyelesaikan permasalahan utama penyebab permasalahan yang akan selalu berulang atau masalah yang seharusnya tidak timbul apabila kita menyelesaikan masalah utamanya.

Paling tidak diperlukan langkah mundur sejenak, menyediakan waktu dari mengatasi solusi yang sehari hari kita lakukan dengan mencari tahu penyebab akar permasalahan.

Apabila akar permasalahan utama sudah diketahui, umumnya akan lebih jelas ternyata solusinya umumnya lebih sulit karena umumnya kita menghindar dari masalah utama dan secara tidak sadar melarikan diri dengan menyelesaikan masalah masalah permukaan. :-)))))

Masalah bisa membuat kita lebih kuat dan berhasil atau juga sebaliknya sehingga kita tidak kuat menanggungnya dan menuju kegagalan, karena memang setiap manusia mempunyai kapasitasnya masing - masing.
Apapun yang kita lakukan masalah akan selalu ada, karena masalah merupakan sahabat dari kita.:-) Dimana jika ia ada kita berusaha membuat solusi sedangkan bila ia tidak ada malah kita mencarinya jika kita ingin perbaikkan agar bisa lebih baik bagi kita.
Paling tidak masalah membuat kita lebih bijak untuk mengintropeksi diri dan lebih bijaksana dalam melangkah kedepan.